Dosen Departemen Teknik Mesin ITS tersebut menjelaskan sektor transportasi merupakan penyumbang emisi CO2 terbesar kedua setelah pembangkit listrik. Hal tersebut dapat terjadi karena ketergantungan manusia yang masih besar terhadap bahan bakar fosil.
“Padahal, bahan bakar fosil semakin lama semakin mahal dan sulit didapatkan,” ujar Bambang saat menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan guru besar melalui siaran pers, Rabu, 10 Januari 2024.
Alumnus ITS tersebut menyebut solusi dari permasalahan ini terletak pada konservasi dan renewable energy. Untuk itu, Bambang mengembangkan bidang strategis dari kedua solusi tersebut adalah bioenergi.
Bioenergi merupakan pemanfaatan sumber energi dari sumber-sumber hayati. “Pemanfaatan bioenergi dapat memberi napas lega bagi dunia,” tutur dia.
Dosen yang telah mempunyai 28 publikasi jurnal itu menggagas enam keterbaruan teknologi di bidang bioenergi. Salah satunya, teknologi biogas.
Bambang memaparkan teknologi biogas merupakan teknologi konversi biomassa melalui proses fermentasi anaerobik. Bambang berhasil menghasilkan gas metana berkalori tinggi yang aman bagi kendaran bermotor berbahan dasar kotoran dan limbah domestik.
Gas metana tersebut tercipta berkat penambahan proses pemanasan dan pengadukan pada reaktor biogas serta proses pemurnian menggunakan sistem filtrasi. “Dengan metode ini, produksi gas dapat lebih maksimal,” jelas dia.
Keterbaruan selanjutnya, teknologi Refuse Derived Fuel (RDF), yakni bahan bakar berbahan baku sampah yang dapat digunakan pada kendaraan bermotor. Bambang merancang mesin pembuatan RDF bernama Mobile Waste Screening and Shredding Machine.
Profesor yang fokus pada pengembangan bioenergi itu menyampaikan mesin ini dapat diwujudkan dengan memenuhi dua tahapan. Tahapan pertama, penyusunan basic machine design dan schematics drawing.
Pada proses ini, dilakukan perancangan terhadap desain dari mesin. Sehingga, ergonomis dan dapat berfungsi sesuai fungsinya.
Tahapan kedua, pembuatan prototipe berupa alat yang mampu mencacah sampah domestik. Dari pencacahan tersebut, dilakukan proses lanjutan yang dapat menciptakan RDF.
“Mesin ini mampu mendukung komitmen Indonesia mengenai green energy pada pertemuan G20 lalu,” ujar dia.
Bambang juga turut mengembangkan teknologi gasifikasi, biodiesel, bioetanol, dan diesel dual fuel (DDF). Keenam keterbaruan teknologi itu mendukung mimpi Indonesia dalam mewujudkan transportasi berkelanjutan.
Hal ini ditandai dari beragam produk penunjang yang diciptakan dari keterbaharuan teknologi yang dibuatnya. Salah satunya, mesin produksi bioetanol, RDF, dan teknologi kendaraan listrik.
Manajer Science Techno Park (STP) Klaster Otomotif ITS ini berharap dengan adanya keterbaruan teknologi tersebut, emisi CO2 di dunia dapat berkurang sehingga pemanasan global bisa ditekan habis. Bambang juga berharap gagasannya ini dapat membantu semua lapisan masyarakat di dunia.
Baca juga: Profesor ITS Dorong Pengoptimalan Batubara Pengganti Bahan Bakar Minyak |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News