Pada kesempatan tersebut, ia menyampaikan orasi ilmiah berjudul Ekspresi Reseptor GABA-A dan Sito-Skeleton pada Cortex Cerebrum dan Formatio Hippocampi Selama Periode Perinatal: Tinjauan Neuroanatomi dan Neurosains Kedokteran dalam Proyeksi Pembangunan Manusia yang Sehat dan Berkualitas.
Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) itu menjelaskan, bahwa neuroanatomi dan neurosains kedokteran adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan segala sesuatu tentang struktur dan fungsi sistem saraf manusia. Dimulai sejak awal tumbuh kembangnya pada sekitar minggu ke-3 kehamilan.
Cakupan yang luas, sambungnya, berasal dari berbagai bidang disiplin ilmu di antaranya embriologi, anatomi, histologi, fisiologi, genetika dan biologi molekuler. Pembahasannya mulai dari ilmu dasar dan terapan, yang menjelaskan kaitan struktur dan fungsi sistem saraf sebagai suatu komponen penting dalam pengendalian dan produksi berbagai modalitas tubuh termasuk motorik, sensorik dan fungsi luhur.
"ehingga terjadi interaksi dalam suatu homeostasis fisiologis yang menghasilkan fungsi kognitif, berpikir dan berperilaku yang kompleks,” jelas Viska.
Lebih lanjut Viska menyebut sejak awal mulanya, sistem saraf pusat berkembang dengan pola tertentu, dimana faktor genetik, epigenetik dan lingkungan memainkan peran yang signifikan untuk mencapai potensi optimal tumbuh-kembang sistem saraf manusia. Nutrisi ibu hamil dan kondisi janin intrauterin, tandasnya, dapat mempengaruhi struktur morfologi dan fisiologi hingga ke tingkat biomolekuler.
“Dari hasil publikasi penelitian saat melaksanakan tugas belajar di University of Queensland Centre for Clinical Research, School of Medicine- Royal Brisbane Women’s Hospital, The University of Queensland, Australia, tim riset kami menemukan bahwa pola ekspresi subunit reseptor γ-aminobutyric acid tipe A (GABA-A) α1, α3, dan β2 pada lobus parietalis neocortex, dan formatio hippocampi mengalami modulasi spatio-temporal yang khas sepanjang periode perinatal,” papar Viska.
Dari hasil penelitian tersebut, lanjutnya, tampak bahwa subunit β2 menunjukkan ekspresi yang relatif stabil sepanjang masa perinatal, baik pada kelompok appropriate for gestational age (AGA) maupun intrauterine growth restriction (IUGR). Namun ekspresi reseptor GABA-A subunit α1 secara fisiologis meningkat seiring masa tumbuh-kembang, dan berkebalikan dengan pola ekspresi subunit α3 yang cenderung menurun setelah periode kelahiran pada kelompok kontrol atau AGA.
Selain itu, tambahnya, ditemukan pula adanya variasi yang signifikan pada distribusi reseptor GABA-A subunit di area neocortex cerebri maupun formatio hippocampi, sehingga berpotensi menyebabkan abnormalitas sinaps dan fungsi. Di antaranya fungsi motorik, sensorik dan kognitif.
Baca juga: Profesor UNAIR Masuk 100 Peneliti Hukum Terbaik Dunia, Ini Dia Sosoknya
Viska juga menyampaikan, bahwa penelitian lanjutan dalam bidang neuroanatomi dan neurosains masih terbuka luas, khususnya di Indonesia. Hasil penelitian akan sangat bermanfaat sebagai sumbangsih ilmiah bagi khasanah ilmu pengetahuan dan pengembangan ilmu dasar dan terapan khususnya terkait bidang neuropsikiatri.
“Deteksi dan penanganan dini yang dilakukan secara tepat merupakan sebagian upaya untuk membangun manusia berkualitas yang sehat jasmani dan rohani di masa kini dan yang akan datang,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News