“Salah satu dampak kekeringan adalah kerusakan lahan yang menyebabkan gagal panen. Hal ini menjadi penyebab utama terjadinya krisis pangan global,” ungkap Dewi Sri Rahayu, siswi Madrasah Aliyah Putri PUI Talaga, Kabupaten Majalengka yang juga merupakan salah satu Finalis LKIR yang ikut meramaikan Ajang Indonesia Research and Innovation (InaRI) Expo 2022 Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Minggu, 30 Oktober 2022.
Karya tulis ilmiah siswi Madrasah, Aliyah Putri PUI Talaga, Kabupaten Majalengka ini berjudul “Identifikasi Status Potensi Kekeringan di Indonesia dengan Metode Logika Fuzzy Mamdani”. Karya Ilmiah ini tergolong pada Karya Ilmiah Ilmu Kebumian dan Kelautan (LKIR-IPK).
Dewi sangat tertarik dengan dunia riset dan Ia merupakan siswa yang berprestasi, di mana pernah meraih medali perak tingkat nasional di ajang lomba Olimpiade Pahlawan Sains Indonesia (OPSI) Tahun 2020. Di Tahun yang sama juga pernah meraih medali perak tingkat nasional di ajang lomba Madrasah Olympiad Contest (MOC).
Kemudian di Tahun 2021 meraih beberapa medali yaitu medali perunggu bidang matematika tingkat ASEAN di ajang lomba ASEAN Student Science Olympiad, meraih medali emas bidang matematika tingkat nasional di ajang lomba Miracle Science Olympiad Bogor, meraih medali perak tingkat nasional di ajang lomba Olympiad Math Ecosains General Applied (OMEGA).
Dalam melakukan penelitiannya, Dewi mendapatkan arahan dan pendampingan dari guru pembimbingnya, Mirda Prisma Wijayanto dan peneliti BRIN, Sinta Berliana Sipayung. Di Hadapan para juri LKIR, Dewi menjelaskan tujuan yang difokuskan dalam penelitiannya yaitu mengidentifikasi status potensi kekeringan di Indonesia pada tahun 2022–2023 berdasarkan prakiraan nilai SPI dengan menggunakan metode Logika Fuzzy Mamdani (LFM) dan mengetahui keakuratan LFM dalam memprakirakan nilai Standardized Precipitation Index (SPI).
“Penelitian ini telah diidentifikasi status potensi kekeringan meteorologis di Indonesia tahun 2022–2023 dengan menghitung prakiraan nilai SPI menggunakan metode LFM. SPI dihitung berdasarkan selisih antara hujan yang sebenarnya terjadi dengan hujan rata-rata menggunakan skala waktu tertentu dibagi dengan simpangan bakunya,” jelasnya.
Ia menambahkan data yang digunakan dalam penelitiannya adalah data curah hujan bulanan selama 272 bulan pada periode 1 Januari 2000–31 Agustus 2022, yang diperoleh dari Modern-Era Retrospective analysis for Research and Applications, Version 2 (MERRA-2).
Sebagai batasan masalah, lokasi yang dipilih untuk penelitiannya yakni Kota Bandung dengan pola curah hujan monsun, Kota Padang dengan pola curah hujan ekuatorial, dan Kota Sorong dengan pola curah hujan lokal.
Lebih lanjut sebagai langkah pertama penelitiannya, Dewi menghitung akurasi nilai SPI estimasi LFM dengan SPI MERRA-2. “Akurasi nilai SPI estimasi LFM dengan SPI MERRA-2 untuk Kota Bandung, Kota Padang, dan Kota Sorong pada periode Januari 2000–Agustus 2022 masing–masing adalah 67,65 persen, 80,29 persen, dan 62,82 persen, dengan Root Mean Square Error (RMSE) masing-masing bernilai 1.012, 0.912, dan 1.274,” rinci Dewi.
Kemudian dianalisis prakiraan kekeringan bulan September 2022–Desember 2023. Nilai SPI rata-rata untuk Kota Bandung, Kota Padang, dan Kota Sorong pada periode tersebut masing–masing adalah 0.331, -0.045, dan -0.073.
“Secara fisik, Kota Bandung, Kota Padang, dan Kota Sorong berada pada keadaan normal. Pada periode tersebut, puncak musim hujan untuk Kota Bandung, Kota Padang, dan Kota Sorong masing-masing diperkirakan terjadi pada bulan Februari 2023, November 2022, dan September 2022,” ucapnya.
Dewi juga melakukan simulasi prakiraan kekeringan berbasis Graphical User Interface (GUI) MATLAB dengan mempertimbangkan kepadatan penduduk dan penggunaan air di depan para juri LKIR.
Di akhir presentasinya, ia menyampaikan hasil prakiraan status potensi kekeringan tahun 2022–2023 dengan metode LFM telah sesuai dengan hasil prakiraan kekeringan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Dewi berharap hasil dari penelitiannya ini dapat membantu masyarakat dan pemerintah khususnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam memprakirakan status potensi kekeringan sebagai upaya mitigasi terhadap bencana kekeringan yang terjadi di Indonesia.
Baca juga: Karya Imiah dan Inovasi Remaja Terbaik Diumumkan di Penutupan InaRIE Hari Ini |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News