Adjie mengungkapkan gagasan ini muncul setelah bencana tsunami menghantam Aceh pada 2004. Salah satu bencana terbesar di Indonesia itu menyadarkannya bahwa parameter bencana masih diabaikan dalam proses perencanaan wilayah dan kota.
“Padahal, dampaknya tidak saja mengganggu kenyamanan, tapi juga rasa aman,” kata Adjie melalui siaran pers, Selasa, 2 Januari 2024.
Adjie menuturkan dalam penerapan model perencanaan berbasis risiko, langkah pertama yang dilakukan adalah menambahkan unsur kebencanaan secara spesifik pada setiap bagian materi rencana tata ruang. Di antara unsur tersebut adalah penggunaan data dan analisis bencana yang komprehensif, penentuan kebijakan pro ketahanan kota, hingga penyediaan infrastruktur pengurangan risiko dan infrastruktur kedaruratan.
Lulusan University of Queensland, Australia ini menyebut salah satu penerapan kebijakan yang pro ketahanan kota. Wujudnya dapat berupa regulasi mengenai utilitas pendukung bangunan kompleks untuk membantu bangunan sederhana melewati masa kedaruratan.
“Implementasinya bisa dengan penambahan volume cadangan air pada gedung hotel, sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat sekitar saat kondisi darurat,” tutur dia.
Infrastruktur pengurangan risiko dan infrastruktur kedaruratan yang berhasil dikembangkan Adjie adalah Sistem Informasi Darurat Gempa (SIGAP). Situs ini dapat mendeteksi sumber infrastruktur kedaruratan, memonitor kondisi, ketersediaan, dan proses perpindahan dari sumber penyedia menuju korban bencana.
“Dengan demikian, proses penyediaan infrastruktur kedaruratan menjadi lebih efektif dan efisien,” ujar dia.
Setelah merencanakan kota dengan sistem dan perencanaan berbasis risiko yang baik, langkah selanjutnya menyiapkan ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana. Pemahaman masyarakat terhadap bencana dapat ditingkatkan melalui pelatihan peningkatan pengetahuan dan keterampilan penanganan kebencanaan.
Pemerintah wajib memprioritaskan kelompok rentan saat terjadi bencana, salah satunya penyandang disabilitas. Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS kemudian melakukan simulasi evaluasi gempa menggunakan jalur evakuasi inklusif di Yayasan Pendidikan Anak-anak Buta (YPAB) di Keputih, Surabaya.
Proyek tim Puslit MKPI ITS yang berada di bawah pimpinan Adjie ini juga menghadirkan peta Evakuasi Raba Berbicara (Evari) untuk mempermudah pembelajaran evakuasi gempa bumi bagi orang disabilitas netra melalui table top exercise.
Mantan Kepala Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota ITS ini berharap hasil riset yang telah dilakukan bisa ditransformasikan ke dalam kebijakan, regulasi, maupun praktik yang berlaku di lapangan.
“Dengan demikian, kota-kota di Indonesia akan memiliki ketahanan dan keberlanjutan,” ujar Adjie.
Baca juga: Guru Besar ITS Kembangkan Layanan Kesehatan Cerdas dengan Integrasikan Telematika |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News