Ilustrasi BRIN. DOK BRIN
Ilustrasi BRIN. DOK BRIN

Peneliti BRIN Kembangkan Nanopartikel Berbahan Lokal untuk Terapi Kanker Paru

Renatha Swasty • 16 April 2024 19:04
Jakarta: Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi (PRTPR) dan Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri (PRTRRB) mengembangkan Nanopartikel Hidroksiapatit-Zirkonium (Zr Dopped HAp) berbasis bahan lokal. Ini untuk terapi fotodinamik kanker paru.
 
Salah satu tim periset PRTRRB BRIN, Muhamad Basit Febrian, menjelaskan Photodynamic therapy (PDT) sebagai terapi kanker memanfaatkan cytotoxic ROS untuk menghancurkan sel kanker. Cancer specific photosensitizer (PS) akan terakumulasi pada organ yang terdapat sel kanker.
 
"Setelah akumulasi terjadi, penyinaran dilakukan untuk memicu munculnya ROS yang akan menghancurkan sel kanker,” jelas Basit dikutip dari laman brin.go.id, Selasa, 16 April 2024.

Pengembangan metode terapi kanker paru dengan teknik fotodinamik menggunakan material hidroksiapatit dan zirkonium dapat dikembangkan dari bahan baku berupa Zirkonium yang melimpah di Indonesia.
 
“Zirkon yang tersebar di Indonesia khususnya yang berada di Kepulauan Bangka-Belitung dan Kalimantan belum banyak digunakan untuk bahan maju bernilai tinggi,” beber Peneliti Ahli Utama PRTPR BRIN, Dani Gustaman Syarif.
 
Sementara itu, ketersediaan hidroksiapatit juga melimpah di alam, terutama pada biomassa dari tulang hewan. Hidroksiapatit nanopartikel (HAp-N) sebagai material host sangat cocok digunakan untuk doping logam sebagai drug deliver. Penggunaan teknik PDT dengan menggunakan HAp-N dan logam hafnium telah dilakukan pada hewan model kanker paru.
 
Periset PRTRRB, Isa, menuturkan hewan model kanker tersebut kemudian diberikan penyinaran dengan sinar gamma pada fasilitas radioterapi.
 
"Metode PDT ini terbukti menghambat laju pertumbuhan dan menghancurkan sel tumor paru lebih cepat. Selain hafnium, alternatif material lain yang dapat digunakan adalah zirkonium (Zr),” ungkap Isa.
 
Isa berharap kombinasi antara zirconium-hidroksiapatit nanopartikel (Zr-HAp nanopartikel) dan radiasi gamma mampu menjadi salah satu metode alternatif pada terapi sel kanker paru yang efektif. Dia menyampaikan PDT banyak digunakan pada terapi kanker yang terletak sekitar lapisan kulit, dengan limitasi daya tembus cahaya tampak yang pendek.
 
Penggunaan sinar berdaya tembus tinggi seperti sinar-X atau gamma banyak digunakan pada radioterapi karena dapat menjangkau organ dalam. Sinar berdaya tembus tinggi mampu memicu efek fotodinamik pada PDT, terutama kanker paru.
 
Pemanfaatan logam zirkonium sebagai substitusi hafnium merupakan golongan unsur yang sama dengan hafnium sehingga memiliki sifat kimia yang mirip. Biokompatibilitasnya yang baik diharapkan memiliki efek terapi yang lebih baik terhadap kanker paru.
 
"Penggunaan HAp-Zr bertanda radioaktif untuk studi biodistribusi pada hewan normal dan hewan model kanker dengan teknik nuklir dapat mempercepat pengembangan obat,” jelas Isa.
 
Dani menuturkan pada tahun ketiga pengembangan ini didapatkan hasil HApZr yang terbukti memiliki potensi sebagai fotosensitizer untuk terapi fotodinamik pada kanker paru secara in-vitro dan in-vivo.
 
“Pada uji toksisitas akut menunjukkan tidak ada kematian dan gejala klinis yang muncul. Namun potensi adanya sifat hepatotoksik perlu menjadi perhatian. Ke depan perlu dilakukan uji toksisitas sub-akut dan kronis dengan jumlah hewan lebih banyak pada waktu pengujian yang lebih panjang sebagai pra-syarat uji klinis,” tutur Dani.
 
Kepala PRTPR BRIN, Irawan Sugoro, dan Kepala PRTRRB BRIN, Tita Puspitasari, berharap riset ini dapat memberikan manfaat untuk masyarakat dan adanya masukan serta saran dari tim evaluasi untuk kesempurnaan kegiatan riset kedepannya.
 
Baca juga: Peneliti BRIN Ciptakan Biosensor Portabel untuk Deteksi Virus hingga Pencemaran Lingkungan

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan