Sebagai contoh, di pulau Kyushu, beruang terakhir kali terlihat di tahun 1987. Ironisnya, dalam kurun waktu 6 bulan terakhir ini, berbagai media massa marak memberitakan semakin banyak warga Jepang yang meninggal dunia akibat serangan beruang.
Tragedi ini menunjukkan bahwa status populasi beruang di Jepang semakin meningkat tajam. Di tengah peningkatan populasi ini, beruang melakukan ekspansi wilayah jelajahnya untuk mencari makan, termasuk memasuki wilayah permukiman penduduk.
Di samping itu, menurunnya populasi penduduk di wilayah perdesaan Jepang membuat beruang semakin sering berinteraksi dengan manusia. Beruang tertarik masuk ke permukiman karena kekurangan makanan.
Tidak jarang mereka menyerang manusia karena menganggapnya sebagai ancaman. Keberanian beruang masuk ke permukiman ini juga tidak terlepas dari penduduk Jepang yang semakin menua.
Pemburu beruang kini jumlahnya semakin sedikit. Kondisi seperti ini menyebabkan beruang tidak takut lagi dengan manusia.
Mengancam Nyawa
Dalam 12 bulan terakhir ini, pemerintah Jepang menyebutkan paling sedikit terjadi 219 serangan beruang yang menyebabkan luka dan korban jiwa. Dalam situasi seperti ini, pihak berwenang Jepang menyebutkan bahwa beruang telah menganggap manusia sebagai mangsa.Dengan jumlah populasi beruang hitam sekitar 44 ribu ekor, mereka kini menjadi ancaman serius bagi keselamatan manusia. Bobot beruang hitam dapat mencapai 140 kg.
Pemerintah Jepang kini menghadapi dilema. Menjaga agar tidak beruang masuk ke wilayah permukiman dan menyerang manusia, sekaligus memastikan populasinya tetap lestari.
Dalam upaya mengontrol populasi beruang, pemerintah Jepang mengambil langkah darurat dengan merekrut lebih banyak pemburu. Di samping itu, pemerintah Jepang sedang mendiskusikan perubahan undang-undang senjata api agar polisi dapat menembak beruang yang memasuki kawasan permukiman.
Mengapa Beruang Menyerang Manusia?
Serangan beruang di Jepang yang meningkat tajam tidak terlepas dari menciutnya habitat beruang, kelangkaan makanan, dan perubahan iklim. Oleh sebab itu, untuk mengurangi konflik dengan manusia dengan tetap melestarikan beruang, perlu berbagai pendekatan.Misalnya, pembangunan sistem peringatan dini akan keberadaan beruang, restorasi habitat, dan edukasi masyarakat. Tidak dapat dimungkiri bahwa perluasan wilayah permukiman dan pembangunan infrastruktur telah mengganggu rute migrasi dan juga wilayah pencarian makanan beruang.
Fragmentasi habitat ini perlu difahami untuk mencari solusi konflik beruang dengan manusia. Di samping itu, perubahan iklim membuat suhu menjadi lebih hangat. Kondisi ini mengubah pola hibernasi dan ketersediaan makanan, serta membuat beruang lebih aktif dan perilakunya semakin sulit diprediksi.
Perlu Solusi Komprehensif
Dalam menyelesaikan masalah konflik antara beruang dan manusia, perlu pembuatan sistem peringatan dini dan pemantauan populasi beruang dengan menggunakan teknologi terkini, seperti GPS dan drone. Sistem peringatan dini yang efektif akan memberikan peringatan kepada warga jika ada beruang yang mendekati wilayah permukiman sehingga penduduk dapat lebih waspada.Selain itu, diperlukan juga restorasi habitat beruang dan pembangunan wilayah penyangga agar beruang memiliki ruang gerak dan makanan yang cukup sehingga tidak masuk ke wilayah permukiman.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah melakukan edukasi dan membangun kesiapsiagaan masyarakat. Dalam hal ini pelatihan terkait keselamatan dan hal apa yang akan dilakukan jika ada beruang yang mendekati permukiman akan membuat penduduk lebih siap.
Pembangunan fasilitas fisik seperti pagar listrik, pengusiran beruang dengan bau dan kebisingan yang secara tradisional telah dilakukan penduduk Jepang, tentunya merupakan bagian dari solusi secara keseluruhan.
Mengingat beruang merupakan hewan yang masuk dalam program pelestarian, maka pendekatan non-mematikan seperti memindahkan beruang yang bermasalah ke wilayah lain yang jauh dari permukiman menjadi bagian dari solusi. Meski demikian, relokasi harus diprogramkan dengan cermat karena beruang bisa kembali ke wilayah asalnya atau sebaliknya beruang yang dipindahkan akan membuat masalah di wilayah barunya.
Kolaborasi antara ahli ekologi, pemerintah daerah, dan masyarakat adat sangat diperlukan untuk mempelajari ekologi beruang agar beruang dapat dikelola melalui pendekatan adaptif.
Dalam situasi seperti ini, penyelamatan manusia bukan berarti harus dilakukan pemusnahan beruang secara membabi buta. Namun harus melalui pendekatan koeksistensi antara keberadaan beruang dan manusia.
Keberadaan beruang di Jepang sangat vital bagi ekosistem hutan karena fungsinya dalam penyebaran benih dan penjaga keanekaragaman hayati. Oleh sebab itu, pelestarian beruang harus dapat menjaga keselamatan manusia dengan tetap menjaga populasinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id