Jakarta: Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) merupakan ajang talenta yang diadakan oleh Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Kompetisi ini dapat mengaktualisasikan bakat, minat, dan kemampuan dalam meneliti dan berinovasi serta menanamkan budaya meneliti di kalangan siswa.
Dalam rangka meningkatkan kualitas penelitian, BPTI mengadakan klarifikasi kelayakan etik penelitian atau ethical clearance. Salah satu juri OPSI, Herdiyan Maulana menyampaikan, ethical clearance adalah salah satu keharusan dan sebuah praktik lazim dalam proses penelitian.
Dilansir dari laman Puspresnas, Ethical Clearance diperlukan untuk penelitian yang melibatkan makhluk hidup yaitu penelitian yang menggunakan manusia, komunitas, dan hewan coba sebagai subyek penelitian. Ethical clearance ini merupakan keterangan tertulis yang diberikan oleh Komisi Etik Penelitian yang menyatakan bahwa proposal penelitian layak dilaksanakan dan memenuhi persyaratan tertentu.
Komisi Etik Penelitian ini terdiri dari para ahli yang kompeten di bidangnya dan telah memperoleh sertifikat GCP (Good Clinical Practice) yang biasanya terdapat di Universitas atau Lembaga Penelitian. Dalam menentukan kelayakan ini, hal yang menjadi dasar pertimbangan adalah seluruh subyek yang diikutsertakan dalam penelitian harus dilindungi keselamatannya dari risiko yang akan timbul dari seluruh perlakuan yang diberikan selama penelitian.
Dalam melakukan penelitian, pertimbangan aspek keamanan harus lebih tinggi dibanding aspek manfaat yang diperoleh dari penelitian. “Tujuannya adalah untuk memastikan penelitian yang kita jalankan itu bertanggungjawab dan melindungi hak-hak bagi peneliti itu sendiri, subjek penelitian, dan terutama norma etika budaya masyarakat setempat,” ujar Herdiyan.
Salah satu contoh penelitian yang membutuhkan ethical clearance adalah penelitian yang melibatkan orang dengan berkebutuhan khusus di mana mereka membutuhkan privasi. Peneliti harus memastikan bahwa data-data yang dikumpulkan tidak bocor.
Contoh lainnya adalah penelitian yang bertujuan mengetahui kadar gula darah pada siswa SMA di Jakarta. Sebelum melakukan penelitian, penulis harus memberikan penjelasan kepada subjek mengenai teknis pengambilan darah, efek samping yang ditimbulkan, hal yang harus dilakukan jika muncul efek samping, persetujuan subjek, dan lain sebagainya.
Dalam wawancara ethical clearance ini, beberapa pertanyaan diajukan seputar bagaimana finalis memastikan subjek penelitian tidak mengalami risiko dalam penelitian, bagaimana mitigasinya, langkah-langkah, protokolnya, dan hal-hal lainnya berkaitan dengan ethical clearance.
Ke depannya, diharapkan seluruh peneliti termasuk peserta didik yang ingin mengikuti OPSI dapat meningkatkan integritas dengan menyertakan ethical clearance dalam proposal penelitian. Sehingga, penelitian yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik, dapat menghormati keadilan dan inklusivitas, serta memperhitungkan manfaat dan kerugian yang timbul.
"Di OPSI ini kami berharap tidak hanya menghasilkan para peneliti-peneliti yang punya kemampuan baik tetapi juga punya integritas dan bertanggungjawab penuh etik,” tambah Herdiyan.
Baca juga: Riset Harus Berbiaya Mahal? Ini Kiat agar Murah dan Mudah ala Prof. Mikrajuddin |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id