Kepala Laboratorium Kedokteran Molekuler, Banun Kusumawardani, menunjukkan freezer khusus menyimpan hasil penelitian sel punca yang memiliki kemampuan pendinginan hingga minus 80 celcius. DOK Unej
Kepala Laboratorium Kedokteran Molekuler, Banun Kusumawardani, menunjukkan freezer khusus menyimpan hasil penelitian sel punca yang memiliki kemampuan pendinginan hingga minus 80 celcius. DOK Unej

Peneliti Unej Kembangkan Riset Sel Punca Berbasis Jaringan Rongga Mulut

Renatha Swasty • 30 Januari 2023 10:45
Jakarta: Terapi sel punca (stem cell) untuk penyakit degeneratif terus dikembangkan, termasuk oleh peneliti di Universitas Jember. Peneliti Universitas Jember yang tergabung dalam Laboratorium Kedokteran Molekuler mengembangkan riset sel punca berbasis jaringan rongga mulut.
 
Pemilihan rongga mulut sebagai basis riset sel punca karena lebih mudah diaplikasikan dan tidak memerlukan prosedur rumit sekaligus memanfaatkan bahan yang selama ini dinilai hanya sekadar limbah. Selama ini, riset sel punca umumnya menggunakan sumsum tulang belakang atau tali pusar bayi sebagai sumber bahan riset.
 
“Awalnya, peneliti banyak menggunakan sumsum tulang belakang sebagai bahan riset sel punca, namun kami memilih mengambil sel punca yang berada di rongga mulut, seperti dari jaringan gingiva, ligamen periodontal, atau pulpa gigi," beber Kepala Laboratorium Kedokteran Molekuler, Banun Kusumawardani, dikutip dari laman unej.ac.id, Senin, 30 Januari 2023.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Dia menjelaskan apabila ada pasien yang mesti cabut gigi, bisa memanfaatkan gigi yang dicabut tadi sebagai bahan riset sel punca. Prosesnya lebih mudah sekaligus memanfaatkan bahan yang selama ini dinilai hanya limbah medis.
 
"Dan yang terpenting tidak menyakiti pasien saat pengambilan jaringan sumber sel punca. Oleh karena itu riset sel punca berbasis jaringan rongga mulut ini terus kita kembangkan di Laboratorium Kedokteran Molekuler,” tutur dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember itu.
 
Bunun menyebut saat ini peneliti di Universitas Jember khususnya di bidang kesehatan terus mengembangkan riset sel punca sebagai salah satu alternatif pengobatan penyakit degeneratif, seperti diabetes, penyakit jantung, dan sebagainya. Pasalnya, sel punca merupakan sel yang belum memiliki fungsi khusus sehingga dapat mengubah, menyesuaikan, dan memperbanyak diri tergantung lokasi sel tersebut berada.
 
Dia mengatakan karena sifatnya tersebut, sel punca kerap digunakan sebagai bahan transplantasi dalam pengobatan medis. Misalnya, penyembuhan luka pada penderita diabetes dan penyakit lain yang merusak sel penyusun organ tertentu.
 
Bunun menyebut modal riset sel punca sudah dimiliki Universitas Jember melalui laboratorium CDAST beserta peneliti yang tergabung dalam Laboratorium Kedokteran Molekuler. Saat ini, Laboratorium Kedokteran Molekuler yang berdiri mulai 2018 ini sudah mampu mengembangkan produk turunan dari sel punca.
 
Termasuk, memiliki alat untuk menyimpan hasil penelitian sel punca. Oleh karena itu, Laboratorium Kedokteran Molekuler menjadi lokasi penelitian tidak hanya dosen dan mahasiswa Universitas Jember, namun juga peneliti dari Universitas Airlangga (Unair), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Sumatra Utara (USU), dan perguruan tinggi serta lembaga penelitian lainnya.
 
Produk Laboratorium Kedokteran Molekuler masih lebih banyak di tataran riset. Sebab, hingga saat ini pengobatan, terapi, dan standar pelayanan dalam penggunaan sel punca belum dirumuskan menjadi layanan standar dalam pengobatan di Indonesia.
 
Beberapa hasil penelitian yang sudah dipublikasikan di antaranya Formula Media Kultur untuk Kultivasi dan Ekspansi Sel Punca yang Bersumber dari Jaringan Gingiva dan Ligamen Periodontal (Dental Journal, 2021), Formula Agen Krioprotektan untuk Penyimpanan Beku Sel Punca yang Bersumber dari Jaringan Ligamen Periodontal (Malaysian Journal of Medicine and Health Sciences, 2022), Formula Agen Krioprotektan untuk Penyimpanan Beku Sel Punca yang Bersumber dari Jaringan Gingiva (Malaysian Journal of Medicine and Health Sciences, 2023).
 
Saat ini, peneliti di Laboratorium Kedokteran Molekuler Universitas Jember berasal dari Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Farmasi, FMIPA, dan FKIP. Umumnya, peneliti yang bekerja ialah mahasiswa Program Sarjana, Pascasarjana, dan Spesialis.
 
"Kami selektif menerima peneliti sebab untuk bisa melakukan penelitian di Laboratorium Kedokteran Molekuler maka mereka harus terlebih dulu mengikuti dan memperoleh sertifikat pendidikan dan latihan Good Laboratory Practice,” tutur Banun.
 
Baca juga:  ASPI Dorong Pemerintah Mengakui Terapi Stem Cell

 
(REN)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif