Kegiatan ini menjadi wadah strategis untuk berbagi pengalaman, mengembangkan kerja sama, serta memperluas adopsi teknologi. Melalui forum ini, IPB mempercepat perjalanan inovasi dari laboratorium menuju industri.
Salah satu inovasi yang mendapatkan perhatian besar adalah Pakan Komplit Fermentasi, pakan revolusioner pertama di Indonesia yang memadukan konsentrat dan hijauan dalam satu formulasi siap pakai. Produk ini dipresentasikan langsung oleh Prof. Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr, Guru Besar Ilmu Pakan Indonesia sekaligus inovator utama PKF.
Luki menegaskan, PKF lahir dari kebutuhan nyata peternak yang selama ini harus menghabiskan banyak waktu mencari hijauan untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi perah. “Selama ini peternak harus menghabiskan 5–7 jam hanya untuk mencari rumput. Dengan PKF, semua kebutuhan hijauan dan konsentrat ada dalam satu produk. Hasilnya, produksi susu bisa meningkat hingga 24 persen,” jelas Luki.
Sebagai pakan ternak fermentasi, PKF mengandung asam organik seperti asam asetat yang memberikan perlindungan alami terhadap virus, termasuk risiko penyakit mulut dan kuku (PMK). “Dari kajian kami di Lembang, 90 persen sapi yang diberi PKF terbukti aman dari PMK. Ini jauh lebih baik dibandingkan kelompok kontrol yang hampir seluruhnya terpapar,” tambahnya.
Inovasi ini menjadi langkah besar bagi peternakan sapi perah Indonesia, terutama dalam meningkatkan produktivitas dan keamanan ternak. Agar inovasi tidak berhenti pada riset, IPB menggandeng PT Tumuwuh Persada Utama sebagai mitra strategis untuk hilirisasi dan distribusi PKF. Meski produksi masih dalam proses peningkatan kapasitas, pakan ternak fermentasi PKF sudah mulai dikirim ke berbagai wilayah seperti Boyolali, Ponorogo, Pengalengan, dan Baturraden.
Penggagas Bisnis Ternak PT Tumuwuh Persada Utama, Yosep Purnama menekankan, misi mereka adalah memastikan inovasi lokal dirasakan manfaatnya oleh peternak di berbagai daerah. “Kami ingin memastikan inovasi Indonesia kembali ke peternak Indonesia. PKF bukan hanya pakan, ini langkah percepatan produktivitas nasional menuju swasembada susu dan daging nasional” ujar Yosep.
Kolaborasi ini sejalan dengan arah kebijakan ketahanan pangan nasional, khususnya untuk memperkuat sektor peternakan sebagai fondasi pemenuhan gizi bangsa. Luki juga menyampaikan bahwa jika pemerintah mengadopsi PKF dalam kebijakan strategis peningkatan produksi susu dan daging, Indonesia berpeluang memasuki era baru peternakan modern berbasis efisiensi pakan.
Ia menegaskan, kunci utama swasembada adalah nutrisi pakan yang efisien, bukan hanya penambahan populasi sapi.
Sementara itu, Billy Mambrasar, Anggota Komite Eksekutif Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua, menekankan bahwa inovasi seperti PKF sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto untuk pemerataan pembangunan dan ketahanan pangan nasional.
“Inovasi PKF ini sangat relevan dengan agenda besar Presiden Prabowo Subianto terkait kedaulatan pangan dan pemerataan akses di seluruh wilayah, termasuk Papua. Dengan pakan yang lebih murah dan mudah diproduksi, peternak di wilayah yang akses logistiknya sulit seperti Papua akan sangat terbantu,” tutur Billy
Dengan PKF sebagai pakan ternak fermentasi yang menyederhanakan kerja peternak tanpa perlu mengarit rumput sekaligus meningkatkan produktivitas, inovasi ini berpotensi menjadi tulang punggung transformasi peternakan nasional.
Luki merupakan Profesor Tumbuhan Pakan Indonesia, pernah menjabat Dekan Faultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menjabat selama dari tahun 2007 - 2015. Ia berupaya memajukan pendidikan di bidang ilmu peternakan terutama bidang Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan.
| Baca juga: Jerami Jadi Bahan Bakar Hidrokarbon, Ini Penjelasan Pakar IPB |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id