Ilustrasi/Medcom.id
Ilustrasi/Medcom.id

Kasus Viral Child Grooming, Kenali Tanda, Dampak, dan Pencegahannya

Citra Larasati • 13 September 2025 18:18
Jakarta: Isu child grooming kembali menjadi sorotan setelah vokalis band Harum Manis, Sulthon Kamil (28), diduga terlibat menjadi pelaku dari salah satu modus kejahatan yang dapat mengarah pada pelecehan seksual. Kasus ini mencuat di platform X setelah akun @TEWASUSAIPESTA mengunggah beberapa tangkapan layar percakapan antara Kamil dan sejumlah remaja perempuan.
 
Dalam isi percakapannya, Kamil menunjukkan ketertarikan pada perempuan yang masih di bawah umur dengan menggunakan kalimat pujian hingga rayuan yang berakhir pada pesan yang mengarah ke topik bersifat seksual.  Pada bukti lainnya terdapat pesan yang memperlihatkan pola komunikasi manipulatif dan eksploitasi emosional yang dinilai sebagai indikasi child grooming.
 
Di salah satu percakapannya pelaku menuliskan pesan yang berusaha menciptakan ketergantungan emosional.  Pada pesannya Kamil menulis, “Untung kamu deketnya sama aku, what if it happens with other older guys.”

Unggahan tersebut membuat kasus ini semakin ramai dibicarakan publik. Istilah child grooming kini kian sering disebut di media sosial. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan child grooming dan bagaimana cara mencegahnya?

Apa Itu Child Grooming?

Child grooming adalah proses di mana individu dewasa membangun hubungan emosional dengan anak atau remaja dengan tujuan mengeksploitasi mereka, yang seringkali mengarah untuk tujuan pelecehan seksual.
 
Dilansir dari laman Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tangerang, Child grooming sering kali sulit dikenali karena dilakukan secara perlahan dan halus, bahkan oleh orang terdekat korban seperti keluarga, teman, tetangga, maupun orang asing di media sosial. 
 
Perkembangan teknologi membuat ancaman ini semakin berbahaya, karena proses ini tidak hanya dapat terjadi secara langsung namun juga dapat terjadi di secara online. Melalui media sosial, pelaku bisa mendekati anak dengan menyamar sebagai teman, memberi perhatian atau hadiah, bahkan berusaha mendekati keluarga untuk meraih kepercayaan, sebelum akhirnya menggiring korban ke arah perilaku berisiko dan berbahaya.
 
Berikut tahapan child grooming yang perlu diwaspadai menurut Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB):

Tahapan Child Grooming

  1. Menargetkan Korban: Pelaku memilih anak yang rentan atau mudah dipengaruhi.
  2. Membangun Kepercayaan: Pelaku mendekati korban dan keluarganya untuk menciptakan hubungan yang akrab.
  3. Pemenuhan Kebutuhan: Pelaku memberikan perhatian khusus, hadiah, atau bantuan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau materi korban.
  4. Isolasi: Pelaku berusaha memisahkan korban dari lingkungan sosialnya, termasuk keluarga dan teman-teman.
  5. Normalisasi Perilaku Seksual: Pelaku mulai memperkenalkan topik atau tindakan seksual secara bertahap untuk menurunkan pertahanan korban.
  6. Eksploitasi Seksual: Setelah korban terisolasi dan terpengaruh, pelaku mulai melakukan pelecehan atau eksploitasi seksual.

Tanda-tanda Child Grooming

Beberapa tanda yang dapat mengindikasikan seorang anak menjadi korban child grooming antara lain:
  • Perubahan Perilaku: Anak menjadi lebih tertutup, cemas, atau depresi tanpa alasan jelas.
  • Hadiah Tak Terduga: Menerima barang-barang mewah atau uang tanpa penjelasan yang masuk akal.
  • Rahasia tentang Aktivitas Online: Anak merahasiakan aktivitas daringnya atau memiliki akun media sosial yang tidak diketahui orang tua.
  • Anak Sering Berkomunikasi Secara Rahasia dengan Orang Dewasa yang Tidak Dikenal: Menjalin hubungan dekat dengan individu dewasa yang tidak dikenal oleh keluarga.
  • Penurunan Prestasi Akademik: Kinerja sekolah menurun atau sering bolos tanpa alasan jelas.

Dampak Child Grooming pada Anak

Child grooming dapat menyebabkan berbagai dampak negatif pada anak dan menyebarkan ke permasalahan lainnya, salah satunya adalah trauma psikologis. 
 
Trauma psikologis yang ditimbulkan bisa menyebabkan gangguan kecemasan, depresi, atau PTSD yang berlanjut pada kesulitan mempercayai orang lain dan membangun hubungan di masa depan. Hal ini dapat meningkatkan risiko perilaku merusak diri, termasuk kecenderungan menyakiti diri sendiri atau mencoba bunuh diri.
Baca juga:  Profil Band Harum Manis, Viral karena Kasus Pelecehan Sang Vokalis

Langkah Pencegahan

Untuk mencegah child grooming, beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
  1. Edukasi Seksual Dini: Memberikan pemahaman kepada anak tentang batasan tubuh dan perilaku yang tidak pantas.
  2. Bangun Komunikasi Terbuka: Ajari anak bicara jujur tentang perasaannya, tanpa takut dimarahi.
  3. Pengawasan Aktivitas Offline dan Online: Memantau penggunaan internet dan media sosial anak serta mengedukasi mereka tentang bahaya online. Awasi media sosial, game online, dan pergaulan anak.
  4. Ajarkan Batasa Tubuh: Didik anak tentang hak atas tubuhnya dan bagaimana berkata “TIDAK.”
  5. Pengenalan Tanda Bahaya: Mengajarkan anak untuk mengenali tanda-tanda perilaku mencurigakan dari orang dewasa dan ajarkan mereka untuk memberi tahu segera jika ada orang yang membuatnya tidak nyaman.
  6. Pelaporan: Segera melaporkan kecurigaan atau insiden kepada pihak berwenang atau lembaga terkait.
DP3A mengajak seluruh masyarakat untuk lebih waspada terhadap praktik child grooming. Melindungi anak merupakan tanggung jawab bersama.
 
Baca juga:  RUU Sisdiknas Diharapkan Atur Literasi Digital hingga AI

Bila muncul dugaan adanya praktik grooming atau kekerasan seksual terhadap anak, segera laporkan ke layanan pengaduan kekerasan pada anak di wilayah terdekat. Dengan memahami apa itu child grooming, tanda-tanda dan dampaknya, serta langkah pencegahannya, kita dapat lebih siap melindungi anak-anak dari ancaman ini. (Alfi Loya Zirga) 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan