Dengan sensasi panas tadi, David kemudian mencari gen apa yang akan memulai melakukan aktivitasnya pada sistem somatosentri. Melalui riset yang panjang, Julius mencari kandidat protein apa yang dimunculkan saat capsaicin diterima oleh sensor.
Pada 1997, riset David menghasilkan temuan gen kelas protein TRPV1. Gen ini termasuk pada kelas Ion Channel. Pada suhu kamar gen ini tertutup. Namun, ketika terjadi perubahan suhu, gen ini akan terbuka channel-nya dan akan masuk ion dan memulai rangkaian kelistrikan pada neuron. Gen ini akan terbuka pada suhu di atas 40 derajat Celsius.
Seiring David menemukan banyak kelas-kelas baru, secara bersamaan ia menemukan gen yang memiliki aktivasi berlawanan dengan TRPV1. Gen lawan ini oleh David dinamai TRPM8. Gen ini akan terbuka channel-nya pada suhu di bawah 16 derajat Celsius.
Baca:
Manfaatkan Ekstrak Kulit Mangga, Mahasiswa ITS Raih Perak di Taiwan
Menurut Faried, ini yang diusulkan bahwa sebetulnya mekanisme tersebut yang memulai semua rangkaian sensasi suhu di tubuh kita. Baik suhu yang terlalu dingin maupun panas, respons ujung-ujungnya adalah nyeri.
"Ini membuka mata bahwa jika kita bisa menarget, kita bisa membuat antidotumnya," kata Faried.
Guna memperkuat analisis ini, David melakukan percobaan kepada tikus. Ia mencoba mematikan salah satu gen pada tikus. Hasilnya, ketika gen TRPM8 dimatikan, tikus bisa masuk ke ruangan dengan suhu di bawah 20 derajat Celsius dengan tanpa merasakan kedinginan.
Faried mengatakan, gen ini memiliki aplikasi klinis untuk mengatasi penyakit dengan nyeri kronik, atau nyeri yang sudah tidak bisa diobati dengan obat-obatan.