Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Ahmad Faried mengatakan, temuan para pemenang Nobel Kedokteran ini sangat penting bagi dunia kedokteran. Khususnya, pada kajian sistem somatosensori.
"Pertanyaannya, siapa yang memulai dan menyebabkan kelistrikan sentuhan untuk gerak badan? Contohnya, kalau kita minum kopi panas, siapa yang menyebabkan tangan kita bisa memegang gelas kopi yang panas? Pertanyaan dasar ini yang dimunculkan oleh kedua penerima Nobel tersebut," kata Faried mengutip siaran pers Unpad, Senin, 1 November 2021.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Faried menjelaskan, sistem somatosensori merupakan sistem yang melakukan koordinasi dari adanya rangsangan berupa sentuhan, suhu, dan nyeri terhadap gerak tubuh. Sistem ini mengatur sensor yang masuk lalu dikoordinasikan oleh otot yang meresponsnya.
Baca: Inovasi Vaksin Covid-19 Tanpa Jarum Akan Segera Hadir
Secara umum, telah diketahui bahwa respons dimulai akibat tiga reaksi, yaitu kimia, suhu, dan mekanik. Namun, yang banyak dipelajari adalah respons dari reaksi kimia. Makanya, para penerima Nobel Kedokteran 2021 telah memberikan wawasan baru terhadap kajian sistem somatosensori, khususnya pada reseptor suhu dan sentuhan.
Reseptor Suhu
Faried menjelaskan, David Julius melakukan riset panjang mengenai reseptor temperatur. Uniknya, temuan Julius berangkat dari kandungan zat aktif pada cabai, yaitu capsaicin."Capsaicin merupakan zat aktif yang memberikan sensasi pedas pada cabai. Namun, yang dilihat bukan rasa pedasnya, tetapi pedas itu akan menyebabkan panas (heat)," jelasnya.