Rancangan rumah sakit kontainer mahasiswa ITS. Dok Humas ITS.
Rancangan rumah sakit kontainer mahasiswa ITS. Dok Humas ITS.

Young National Scientist Fair 2020

Rumah Sakit Kontainer Rancangan Mahasiswa ITS Sabet Emas

Arga sumantri • 25 Agustus 2020 10:26
Surabaya: Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur, yang tergabung dalam Tiksna Falcata Team berhasil meraih medali emas kategori Physics and Engineering di ajang Young National Scientist Fair (YNSF) 2020. Prestasi ini diraih berkat gagasan ide yang berjudul Rancang Bangun Integrated Smart and Sustainable Container Hospital sebagai fasilitas karantina pasien virus korona (covid-19).
 
Ketua Tim, Robert Ciputra Hermantara menjelaskan, dirinya dan tim merancang sebuah kontainer menjadi rumah sakti penanganan covid-19. Ide ini didasari permasalahan kelebihan kapasitas rumah sakit dalam menangani pasien covid-19.
 
"Ide kami menggunakan kontainer dengan memanfaatkan sifat portable-nya, sehingga mudah untuk dipindahkan dan dilengkapi fitur smart system," jelas Robert melalui keterangan tertulis, Selasa, 25 Agustus 2020.

Baca: Proses Uji Klinis Vaksin Merah Putih Dinilai Memungkinkan Dipercepat
 
Robert menambahkan, terdapat beberapa fitur untuk ruang isolasi. Selain itu, ada pembatasan fisik yang sudah disesuaikan dengan standar dan protokol kesehatan dari Kementerian Kesehatan dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sehingga aman untuk digunakan sebagai fasilitas karantina. 
 
"Maka harapannya rumah sakit kontainer cerdas ini dapat menjadi solusi dari permasalahan yang ada," ujarnya.
 
Rancangan rumah sakit kontainer yang juga mendapatkan MIICA Special Award Road to IIIC 2020 ini mempunyai desain rumah sakit berkapasitas 25 kontainer, dengan masing-masing kontainer terdiri dari dua ruang kamar pasien beserta toilet masing-masing. Kemudian, terdapat satu control room untuk tenaga medis memonitor kondisi pasien dan bangunan kontainer.
 
 

Robert menjelaskan, adanya Human Machine Interface (HMI) yang ada di control room berfungsi bagi tenaga medis atau operator terkait untuk dapat melakukan pengendalian dan monitoring kondisi bangunan kontainer. Baik temperatur, kelembaban, pencahayaan, penggunaan energi, maupun monitoring kondisi pasien.
 
"Selain di ruang kontrol, pihak rumah sakit dapat melakukan monitoring kondisi bangunan dan info pasien melalui aplikasi yang dihubungkan secara langsung dengan gawai terkait." papar mahasiswa yang juga menjadi anggota Tim Barunastra ITS ini.
 
Kelebihan lain dari rumah sakit kontainer ini, kata Robert, yaitu rancangannya lebih concern ke pembatasan fisik dengan penggunaan isolation box dalam kamar pasien. Rumah sakit ini juga dilengkapi teknologi smart system yang mengandalkan sensor dan alat medis yang dipasang baik pada pasien maupun bangunan kontainer.
 
"Sehingga cukup mudah dalam melakukan pengawasan dan penanganan pasien melalui control room maupun aplikasi di gawai," ungkapnya.
 
Baca: Relawan Uji Klinis Berhak Mundur di Tengah Penelitian
 
Namun, Robert menyebutkan, ada beberapa kendala saat merancang container hospital ini. Salah satunya, tim sulit untuk berkomunikasi dan hanya mengandalkan aplikasi konferensi video karena kondisi pandemi. Untungnya, ada beberapa anggota yang kebetulan sedang di Surabaya dan bisa berkoordinasi secara langsung. 
 
"Paling sering secara keseluruhan kami tetap menggunakan sistem daring untuk berdiskusi," tuturnya.
 
 

Robert dan tim menerapkan sistem kerja yang terjadwal dan terbagi setiap pekannya. Selain itu, juga dievaluasi setiap pekan. Jadi semacam logbook, sehingga semua anggota tim mengerti dan dapat melihat jobdesk apa saja yang akan dilakukan di minggu tersebut. 
 
"Juga dalam seminggu, kami melakukan dua sampai tiga kali rapat untuk progres dan evaluasi progres," sambungnya.
 
Pada ajang ini, menurut Robert, selain mengumpulkan paper dan presentasi di depan juri, tim Tiksna Falcata juga mengirimkan dua perwakilannya saja, yaitu Handy Suryowicaksono dan Syaharussajali untuk didaftarkan. "Namun, untuk pengerjaan total mulai dari awal hingga akhir dikerjakan oleh seluruh anggota tim dengan tugas masing-masing," terang Robert.
 
 Robert mengungkapkan tim bekerja penuh percaya diri dan optimistis. Kendati, pesaing dalam ajang ini berasal dari perguruan tinggi negeri hebat lainnya. 
 
"Dengan (seperti) itu, kami akhirnya juga berhasil mendapatkan special awards yang akan membawa kami untuk lanjut berkompetisi di Malaysia," ujarnya.
 
Tim ini berasal dari Departemen Teknik Fisika angkatan 2017. Selain Robert, tim beranggotakan Handy Suryowicaksono, Syaharussajali, Akbar Anugrah Putra, Aulia Rayimas Tinkar, dan Bagas Hani Pradipta.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan