Berdasarkan pengalaman tahun lalu, masker N-95 susah didapatkan dan mahal. Oleh karena itu, untuk 3 in 1 Face Protector ini digunakan filter dengan industrial grade. Kemampuannya sama, tapi bentuknya saja yang beda.
Berbagai tantangan juga dialami dalam pembuatan alat ini. Misalnya, medical host (selang) sangat panjang, jadi flowrate ke masker berkurang. Usulan terhadap poin tersebut adalah dibuat blower di bagian atas (head mount), sedangkan power unit bisa di saku atau tempat lain.
Tantangan lainnya, alat ini mulai dikembangkan ketika masih pandemi awal. Industri belum operasi penuh. Saat itu, komponen seperti medical grade host dan beberapa alat 3D printer sulit didapat.
"Karena di masa awal pandemi seperti kita ketahui banyak industri yang menurunkan produksi. Saat ini insyaallah supply sudah lebih lancar," terangnya.
Baca: UNS Ciptakan Alat Pirolisis, Mampu Sulap Sampah Jadi Minyak
Yuli dan tim terus memperbaiki alat sesuai dengan kebutuhan tenaga kesehatan. Market research juga dilakukan untuk melihat kebutuhan dan daya beli pasar terhadap alat ini. Selain itu, pengurusan izin edar dan produksi juga terus dilakukan. Ia berharap akhir 2021, 3 in 1 Face Protector sudah diserahkan ke pihak industri untuk komersialisasi dengan bantuan dari Pusat Rekayasa Industri ITB.
"Alat ini masih terus dikembangkan dan diharapkan bisa segera dikomersialisasi dengan harga yang terjangkau untuk fasilitas kesehatan atau industri," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News