Peneliti UNS dengan alat Pirolisis. Dok Humas UNS.
Peneliti UNS dengan alat Pirolisis. Dok Humas UNS.

UNS Ciptakan Alat Pirolisis, Mampu Sulap Sampah Jadi Minyak

Arga sumantri • 01 April 2021 10:38
Solo: Sejumlah peneliti Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang tergabung dalam Analytical Chemistry Research Group membuat produk inovasi berupa 'Alat Pirolisis Limbah'. Tim ini beranggotakan Pranoto, Khoirina Dwi N, Dian Maruto Widjonarko, dan Dwi Aries Himawanto.
 
Pranoto menjelaskan, pembuatan pirolisis limbah dilatarbelakangi fakta banyaknya produksi sampah di Indonesia yang mencapai angka puluhan juta ton per tahun. Terlebih, adanya limbah medis covid-19 saat ini semakin menambah jumlah tersebut.
 
Guru Besar Bidang Kimia Lingkungan Air ini pun menjelaskan, alat itu dapat digunakan untuk melakukan pembakaran limbah atau sampah secara sempurna yang disebut dengan pirolisis. Yakni, pembakaran tanpa efek samping dan tanpa luaran gas padat maupun cair.

Adapun yang dapat dibakar melalui alat ini meliputi berbagai zat organik maupun anorganik dari limbah domestik, medis, dan lain-lain. Seperti daun-daunan, batang, kayu, dan bonggol jagung untuk zat organik. Sementara, untuk anorganik, contohnya berupa plastik, styrofoam, APD, masker, botol infus, dan limbah infeksius lainnya.
 
"Zat organik dan anorganik bisa dihancurkan di situ. Segala hal yang berbau medis bisa dibakar di situ. Jadi tidak mencemari lingkungan.  Hanya karena sekarang penanganan Covid-19, saya konsentrasi pada limbah-limbah medis,” jelas Pranoto mengutip siaran pers UNS, Kamis, 1 April 2021.
 
Baca: Epidemiolog UGM Beberkan Kapan Indonesia Capai Herd Immunity
 
Berbahan baku stainless steel, pirolisis limbah diperuntukkan untuk lingkup Rumah Tangga (RT) terlebih dahulu. Akan tetapi, Pranoto dan tim dapat merancang dalam bentuk lebih besar bagi rumah sakit, Puskesmas, dan klinik yang memerlukan.
 
Ia berharap, dengan alat ini sampah yang dihasilkan mulai di lingkup RT dapat ditangani langsung dari sumbernya. Dengan begitu, tidak terbuang begitu saja ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Saat ini, kata dia, TPA di Solo juga sudah berusaha melakukan pembakaran dengan sistem pirolisis plasma untuk mengubah sampah menjadi listrik.
 
"Tapi Solo punya 300 ton per hari limbah domestik. Jika dari sumbernya sudah ditekan dengan pirolisis ini, berarti yang dibuang ke TPA sedikit. Bahan bakar pirolisis dengan LPG atau oli juga lebih murah," tambahnya.
 
 
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan