Dari jumlah itu, ada 3-4 invensi masuk ke tahap yang lebih serius. "Meski serius, kedua belah pihak harus tetap menjaga rahasia. Karena prosesnya masih panjang. Masih perlu validasi teknologi, yang membutuhkan biaya, waktu dan tenaga," kata Ketua Umum AII, Didiek Hadjar Goenadi dalam 'Seminar II: Pengembangan Bisnis dan Industri Berbasis Kelapa Sawit Melalui Pemanfaatan Invensi Hasil Riset BPDPKS GRS 2015-2021 di Jakarta, dikutip dari siaran persnya, Kamis, 21 September 2023.
Seminar tersebut menghadirkan pembicara Direktur Penyaluran Dana BPDPKS, Zaid Burhan Ibrahim; Ketua Umum Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat M Sinaga; Direktur Teknik dan Operasi PT Hakaaston (HKA), Martin Nababan; Dirut PT Panah Perak Megasarana (PPM), Agussalim Igarashi; dan Manager Goverment Relations and Suistainability PT PAN Brothers, Rizal Tanzil Rakhman.
Didiek mengatakan, dua tahapan yang harus dilakukan agar sebuah invensi siap dihilirisasikan. Pertama adalah upskilling dari skala riset yang dihasilkan inventor.
Jika kondisi optimum sudah diperoleh, lalu upskilling lagi ke tingkat komersialisasi bersama industrinya. "Tahap selanjutnya adalah market trial untuk melihat penerimaan produk di pasaran. Sambil terus mengembangkan marketing komunikasinya agar produk bisa diterima pasar," tuturnya.
Soal biaya yang dikeluarkan pada proses upskilling dan market trial, menurut Didiek, hal itu bisa dibicarakan apakah ditanggung sepenuhnya oleh industri, atau ditanggung industri 50 persen dan 50 persen pihak ketiga.
"Jika angkanya tidak terlalu besar, AII akan memberi bantuan pendanaan," katanya.
Ditanya apakah ada investor yang mengundurkan diri setelah market trial, Didiek mengatakan, sementara ini belum ada. Tetapi memang ada sedikit hambatan yang membuat proses komersialisasi berjalan lambat.
"Inventor mengasumsikan bahan baku dari material kelapa sawit mudah didapat, ternyata di lapangan sulit diperoleh jika jumlahnya sangat besar. Nah AII akan menjembatani dengan menghubungi regulator terkait kesediaan bahan bakunya," ujar Didiek.
Begitu pun proses pemanfaatan limbah kelapa sawit, ternyata tidak mudah mendapat limbahnya. Ada regulasi yang melarang limbah keluar dari kebun. Limbah digunakan untuk kebutuhan lain.
"Hal-hal semacam ini diurus oleh AII sebagai jembatan. Bagaimana bahan baku bisa tersedia untuk tahap komersialisasinya," tegas Didiek.
Mengapa Riset Kelapa Sawit Penting?
Riset tentang kelapa sawit menjadi penting, karena Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. DItambah lagi kelapa sawit masuk 5 produk yang menyumbang 25 persen total GDP Indonesia, selain kopi, karet, gula dan coklat."Sayangnya, dunia Barat membuat kampanye kotor tentang kelapa sawit. Padahal sawit ini, selain dibuat untuk minyak goreng juga bermanfaat untuk bahan bakar kendaraan biodiesel," kata Sahat Sinaga.
Hal senada dikemukakan Direktur Penyaluran Dana, BPDPKS, Zaid Burhan Ibrahim. Pihaknya mendukung pengembangan riset kelapa sawit melalui Program Grand Riset Sawit (GRS). Sejak digulirkan tahun 2015 hingga 2023, ada lebih dari 200 hasil riset siap dihilirisasi.
"GRS 2024 akan kami buka pada Desember 2023 hingga Februari 2024. Jika ada inventor yang tertarik, silakan persiapkan dokumennya dari sekarang," ujar Zaid.
Zaid Burhan sangat mendukung hasil riset GRS dimanfaatkan industri untuk komersialisasi. Pada 2022, ada 7 judul riset GRS yang sudah kontrak dengan industri untuk proses komersialisasi.
Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id.
Baca juga: Mahasiswa Unair Riset Propolis Lebah Madu untuk Cegah Biofilm pada Leptospirosis |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News