Senam pagi ceria. Foto: Dindik Babelprov
Senam pagi ceria. Foto: Dindik Babelprov

Survei: Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Berdampak Nyata Terhadap Pembentukan Karakter

Renatha Swasty • 14 November 2025 13:36
Jakarta: Riset nasional oleh Cerdaskan Indonesia Research Center (CIRC) bekerja sama dengan Patriot Pelajar Mahasiswa (PPM) menunjukkan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7 KAIH) memberikan dampak nyata terhadap pembentukan karakter, kedisiplinan, dan keseimbangan hidup murid Indonesia. Hasilnya menunjukkan tingkat penerimaan dan efektivitas yang sangat tinggi. 
 
Gerakan 7 KAIH merupakan inisiatif pendidikan karakter yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Program ini menanamkan tujuh kebiasaan utama bagi murid Indonesia, yakni Bangun pagi, Beribadah, Berolahraga, Makan sehat dan bergizi, Gemar belajar, Bermasyarakat, dan Tidur cepat. Ketujuh kebiasaan ini didesain untuk menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari murid, bukan sekadar kegiatan formal.
 
Sebesar 98 persen murid dan 99 persen orang tua menilai program ini berhasil membentuk karakter positif anak Indonesia; 96 persen murid merasa lebih disiplin; 93 persen mengaku lebih jarang terlambat ke sekolah dan lebih jarang sakit; serta 98 persen berharap program ini dilanjutkan dan diperluas ke seluruh sekolah Indonesia. Sebesar 94 persen murid merasa senang dan termotivasi menjalankan 7 KAIH dan 92 persen mengaku hubungan mereka dengan orang tua menjadi lebih harmonis setelah menerapkannya. 

“Gerakan ini hidup di sekolah-sekolah. Murid-murid tidak hanya menjalankan kegiatan, tapi menghidupi nilai-nilai kebajikan dari dalam dirinya,” ujar Koordinator Patriot Pelajar Mahasiswa (PPM), Rizal Maula, dalam keterangan tertulis, Jumat, 14 November 2025. 
 
Survei CIRC menemukan perubahan signifikan dalam perilaku dan keseharian murid di seluruh wilayah Indonesia. Sebesar 93 persen murid bangun pagi sebelum matahari terbit dan 95 persen menyatakan kebiasaan tersebut membuat mereka lebih semangat belajar. 
 
Sebesar 96 persen melaksanakan ibadah rutin yang memperkuat nilai jujur dan tanggung jawab. 89 persen berolahraga atau bergerak aktif setiap hari dan merasa lebih bugar selama pelajaran berlangsung. 87 persen menjaga pola makan seimbang, sementara 91 persen mengatakan sekolah dan orang tua kini lebih aktif memberikan edukasi gizi. 
 
Lalu, 85 persen menyediakan waktu belajar mandiri di luar jam sekolah dan 96 persen menilai kebiasaan ini meningkatkan kepercayaan diri serta prestasi akademik. Sementara itu, 69 persen sudah tidur sebelum pukul 21.00, menunjukkan masih perlunya pendampingan agar manajemen waktu murid lebih seimbang.
 
Dari sisi persepsi umum, 98 persen murid menilai program 7 KAIH berhasil membentuk karakter positif, terutama nilai tanggung jawab, empati, dan kejujuran. Sebagian besar juga merasakan penurunan tingkat stres, peningkatan semangat, dan suasana sekolah yang lebih hangat.
 
Kemudian, sebanyak 99 persen orang tua mendukung kelanjutan program 7 KAIH dan melihat perubahan perilaku anak mereka di rumah. 97 persen orang tua melaporkan meningkatnya hubungan harmonis antara anak dan keluarga, sementara 94 persen mengaku anak lebih jarang sakit dan lebih teratur menjalani kegiatan sehari-hari. 
 
Namun, penelitian ini juga mengidentifikasi tantangan penting: 45 persen orang tua mengaku kesulitan menjaga konsistensi kebiasaan anak karena padatnya aktivitas akademik dan pengaruh gadget yang menyebabkan anak tidur larut. “Keterlibatan orang tua bukan hanya mengawasi, tapi mencontohkan. Keteladanan keluarga dan dukungan sekolah menjadi dua pilar utama keberhasilan 7 KAIH,” jelas peneliti utama CIRC, Vela Retna Widyastuti. 
 
Penelitian ini juga melibatkan 122 pimpinan OSIS (Ketua, Wakil Ketua, dan Sekretaris) dari berbagai sekolah di 34 provinsi. Hasilnya menunjukkan lebih dari 93 persen OSIS menilai program 7 KAIH memperkuat etos kerja, kedisiplinan, dan semangat gotong royong di lingkungan sekolah. 
 
Beberapa temuan utama: Bangun pagi dan datang tepat waktu meningkatkan keteraturan dan semangat belajar di sekolah (56 persen). Beribadah rutin memperkuat disiplin, rasa hormat, dan tanggung jawab (85 persen). Olahraga dan aktivitas fisik menambah energi, fokus, dan semangat (66 persen). Kegiatan sosial dan gotong royong meningkat pesat, dengan partisipasi mencapai 91 persen murid. Budaya sekolah positif yang meliputi kedisiplinan, kebersihan, dan sopan santun yang diakui telah meningkat signifikan (63 persen).
 
Bagi OSIS, 7 KAIH bukan sekadar program pembiasaan, tetapi gerakan moral dan sosial yang memupuk solidaritas antar murid. Mereka juga menyampaikan usulan “Kebiasaan ke-8” sebagai inovasi pelengkap, yaitu: Peduli dan empati terhadap sesama (14 persen), Menjaga kebersihan dan lingkungan (10 persen), dan Bijak dalam penggunaan teknologi (7 persen). Usulan tersebut menunjukkan kesadaran generasi pelajar terhadap tantangan sosial dan digital masa kini.
 
Sebanyak 96 persen pimpinan OSIS menilai program 7 KAIH sangat relevan dengan kebutuhan dan tantangan murid masa kini, terutama di tengah derasnya arus digitalisasi, menurunnya interaksi sosial tatap muka, dan meningkatnya tekanan akademik. Para murid menilai 7 KAIH menjadi “penyeimbang kehidupan”: membentuk rutinitas sehat, menumbuhkan empati sosial, dan memperkuat karakter spiritual di tengah dunia yang cepat berubah. Banyak sekolah kini mulai mengembangkan “kebiasaan tambahan” seperti literasi pagi sebelum pelajaran, senam bersama, serta aksi sosial OSIS untuk memperluas nilai-nilai 7 KAIH menjadi budaya sekolah berkelanjutan.
 
Cerdaskan Indonesia Research Center (CIRC) dan Patriot Pelajar Mahasiswa (PPM) menyusun lima rekomendasi strategis untuk memperkuat dan memperluas implementasi Gerakan 7 KAIH di masa depan, yakni:
  1. Perkuat konsistensi dan keteladanan karakter melalui pendampingan berkelanjutan oleh guru, orang tua, dan OSIS.
  2. Bangun kolaborasi tiga pilar (Sekolah-Orang tua-OSIS) melalui forum komunikasi rutin.
  3. Integrasikan 7 KAIH ke dalam kurikulum dan budaya sekolah.
  4. Adaptasikan dengan tantangan era digital melalui kebiasaan ke-8 seperti “Detoks Digital Harian”.
  5. Pastikan keberlanjutan program melalui dukungan kebijakan nasional, pelatihan guru, dan insentif bagi sekolah berprestasi.
Siswa memandang 7 KAIH bukan sebagai program sekolah semata, tetapi sebagai gerakan moral yang menumbuhkan optimisme dan rasa cinta tanah air. “Kalau ingin jadi generasi hebat, mulai dari kebiasaan kecil setiap hari,” ujar siswa SMAN 5 Tanatoraja di Sulawesi Selatan, Sera Siti Zahra.
 
“Kedisiplinan bukan paksaan, tapi cermin cinta pada diri sendiri dan bangsa,” kata Ketua OSIS SMKN 3 Buduran dari Jawa Timur, Moch Rizky Ramadhan. 
 
Survei dilaksanakan pada 13-24 Oktober 2025 mencakup seluruh wilayah Indonesia. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara daring dan tatap muka dengan pimpinan OSIS di 34 provinsi. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan