Arif menerangkan, sudah banyak inovasi IPB University terkait sawit, baik untuk pangan, energi, medis, dan sebagainya. Termasuk, inovasi biomaterial.
"Limbah sawit untuk dibuat rompi antipeluru, helm, organic biosanitizer, hingga produk pakaian/jaket dari limbah sawit. Jaket yang tahan panas, adem, tidak mudah rusak, tidak luntur. Teknologinya sudah ada di IPB University," kata Arif mengutip siaran pers IPB, Senin, 22 November 2021.
Ia mengatakan, dalam industri sawit ini IPB University punya teknologi Precipalm, penggunaan teknologi internet of things (IoT) untuk pemupukan presisi, bekerja sama dengan PT Pupuk Kaltim. Ada juga teknologi deteksi kematangan buah sawit dengan robot.
Robotic sudah banyak juga dikembangkan. Sekarang, kata dia, tinggal implementasi di lapangan karena kemajuan sebuah negara itu bisa dilihat dari semakin tinggi produk domestic bruto (PDB) suatu negara yang biasanya diiringi dengan Global Innovation Index yang semakin meningkat.
"Oleh karena itu inovasi-inovasi ini merupakan tugas perguruan tinggi untuk meningkatkan Global Innovation Index kita," jelasnya.
Dalam bidang pangan, Arif menekankan ada tantangan membuat gula dari sawit. Menurut dia, bila saat ini bicara tentang gula, maka semua orang akan bicara dari tebu. Padahal, menurutnya, gula untuk kebutuhan industri sebagian masih belum bisa kita penuhi dari produksi dalam negeri.
Baca: Mahasiswa Unair Ciptakan G-Friendly, Aplikasi Bantu Penanganan Kekerasan Seksual
"Jadi kita masih impor. Dan sekarang teknologi turunan dari limbah sawit untuk produksi gula sudah ada," ujarnya.
Ia menyebut, IPB University sejak beberapa tahun lalu sudah merancang dengan beberapa peneliti Taiwan dan Malaysia untuk membangun pilot project di Sei Mangkai, Sumatera Utara, bekerja sama dengan PTPN. Bila pilot project ini belum jalan, maka bisa berkolaborasi dengan banyak pihak untuk kembangkan teknologi baru untuk mengelola limbah sawit untuk kebutuhan gula.
"Ini dengan proses bioteknologi. Jika teknologi sudah bisa dikuasai tinggal negara kita membangun pilot project sehingga kebutuhan kita terhadap gula bisa tercapai dengan baik," ujarnya.
Menurutnya, pohon sawit yang sudah tua dan harus ada peremajaan harus diperlakukan dengan tepat. Selama ini, kata dia, pohon tua dicabut terus dibuang. Padahal, banyak inovasi-inovasi teknologi yang sudah bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti kebutuhan energi, kebutuhan biomaterial, maupun kebutuhan pangan.
Arif optimistis banyak terobosan-terobosan baru yang bisa dihasilkan dalam sektor pangan. Ia mengatakan, pangan yang berbasis pada sawit ini dan aspek market, khususnya di Eropa, memang sangat krusial.
"Dengan beberapa duta besar seperti Jerman, Swiss, Belgia perlu diskusi bagaimana mengantisipasi," ungkapnya.
Baca: Simonev School, Aplikasi Sistem Monitoring dan Evaluasi di Sekolah
Ia menambahkan IPB University punya peran besar untuk bisa membantu kampanye anti kelapa sawit. Sebab, IPB sudah mengajak 11 duta besar Eropa yang ada di Indonesia ke Jambi, lokasi praktik sustainable agriculture oil palm production.
"Jadi itu bagian dari kampanye kita. Jadi IPB University pun tidak tinggal diam. Kita pun melakukan campaign diantaranya kepada para duta besar tersebut meskipun sebenarnya tidak cukup, karena kampanye juga harus kita lakukan kepada para politisi dan aktivis yang ada di negara-negara di Eropa, " jelasnya.
Menurutnya praktik-praktik sustainability sangat mungkin dilakukan karena IPB University memiliki riset yang cukup panjang dengan Jerman melalui kolaborasi riset IPB University, Universitas Goettingen Jerman dan Universitas Tadulako melakukan kolaborasi riset tentang sawit dan baru saja dilakukan perbaruan kerjasama riset untuk lima tahun ke depan.
"IPB University terus berusaha semaksimal mungkin untuk menguasai inovasi. Tapi di hulu menciptakan new precision agriculture product sekaligus membangun kerjasama menciptakan sustainability untuk industri sawit, " jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News