Dosen IPB University dari Departemen Ekonomi dan Sumberdaya Lingkungan (ESL) Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Meti Ekayani menjelaskan, ekowisata seharusnya sudah bersifat berkelanjutan. Wisata ini tentu tidak harus berbasis alam, namun mengedepankan peningkatan kepedulian pihak yang terkait, misalnya operator wisata dan wisatawan, sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat.
“Saat pandemi covid-19, sektor wisata merupakan sektor yang terpuruk, sehingga sebaiknya wisata atau ekowisata di pedesaan dijadikan sebagai nilai tambah saja. Penghasilan utama mengandalkan potensi lokal seperti pertanian atau perikanan,” terangnya dalam Green Webinar Series dengan tema ‘Empowering Community for Sustainable Ecotourism’ oleh Kamar Ijo Community dan Komunitas Danau Biru, dalam keterangannya, Minggu, 5 Maret 2023.
Menurutnya, pascacovid-19 juga terdapat dampak utama yang terlihat terhadap ekowisata. Seperti ledakan pengunjung sehingga sebagian besar operator kewalahan.
“Kejadian ini erat kaitannya dengan peningkatan emisi karbon, sehingga harus ada upaya pengembangan wisata berkelanjutan yang pada akhirnya mendukung pembangunan berkelanjutan,” tambahnya.
Ia menambahkan, potensi wisata rendah karbon ini dapat dikembangkan dan dikaitkan dengan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Terutama dalam berbagai kegiatan wisata rendah karbon, mulai dari transportasi, penginapan, hingga pengelolaan sampah melibatkan provider wisata dan wisatawan.
“Kegiatan dan atraksi wisata dikonsepkan sebagai upaya penurunan emisi karbon dan membantu memperbaiki lingkungan. Kegiatan wisata ini melibatkan aksi-aksi perbaikan lingkungan untuk mengembalikan fungsi-fungsi lingkungan seperti menanam mangrove atau pohon sebagai atraksi wisata yang menarik,” lanjutnya.
Semua aspek yang terkait dengan wisata harus rendah karbon, ia melanjutkan, mulai dari atraksi, akomodasi, konsumsi, transportasi, hingga promosinya harus komprehensif dan rendah karbon.
Menurutnya, komunitas dan masyarakat desa di sekitar lokasi wisata ini juga harus berperan dan menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. Tentu saja upaya pengembangan wisata rendah karbon tidak akan berhasil tanpa diiringi perubahan perilaku masyarakat di sekitar lokasi wisata.
“Pengembangan ekowisata yang sudah berjalan dapat diarahkan sebagai wisata rendah karbon namun perlu dimonitoring dan dievaluasi serta diberi sertifikasi dari badan sertifikasi. Hasil usaha wisata rendah karbon juga dapat dimasukkan ke pasar karbon domestik,” pungkasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Baca juga: Keren! 2 Peneliti UGM Raih Penghargaan dari BPOM RI |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News