Ilustrasi. Foto: Dok UGM.
Ilustrasi. Foto: Dok UGM.

Peneliti UGM Kembangkan Alat Deteksi Dini Stunting

Arga sumantri • 27 Desember 2021 10:02
Yogyakarta: Berbagai riset membuktikan bahwa masalah stunting di Indonesia perlu perhatian khusus. Salah satu kunci dalam upaya mengatasi stunting adalah kecepatan deteksi dini, yang umumnya dilakukan oleh kader Posyandu.
 
Tim peneliti Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan GAMA-KiDS. Perangkat ini disebut bisa meningkatkan kemampuan Posyandu dalam melakukan deteksi dini stunting,
 
Alat ini merupakan sebuah kit yang terdiri dari tikar untuk mengukur panjang badan, cakram ukur status gizi panjang badan menurut usia (PB/U), dan buku petunjuk penggunaan.

"Pengembangan GAMA-KiDS tidak lepas dari isu stunting yang telah menjadi spotlight sejak beberapa tahun belakangan, bahkan pada masa pandemi covid-19," terang Peneliti UGM Siti Helmyati, mengutip siaran pers UGM, Senin, 27 Desember 2021.
 
Siti menerangkan, stunting merupakan kondisi tinggi atau panjang badan anak yang kurang dari dua standar deviasi dari rerata tinggi atau panjang badan kelompok usianya. Stunting dapat berdampak pada penurunan kemampuan kognitif, sistem imun yang lemah, dan perkembangan emosional yang kurang.
 
"Apabila seorang anak stunting tidak segera dilakukan upaya perbaikan status gizi, di masa dewasa ia tidak akan menjadi orang yang produktif, mudah sakit, dan menjadi beban baik bagi dirinya sendiri, keluarga, dan negara," terangnya.
 
Baca: Pakar UGM Jelaskan Jenis Vaksin Covid-19 yang Bisa Jadi Booster
 
Menurut dia, upaya deteksi dini stunting masih menghadapi sejumlah kendala. Belum semua kader Posyandu mampu melakukan deteksi dini stunting. Selain itu, tidak semua daerah memiliki alat ukur panjang badan yang valid.
 
Banyak alat ukur panjang badan yang digunakan dibuat sendiri secara swadaya oleh masyarakat dan belum teruji validitasnya. Pada masa pandemi, kondisi ini semakin parah karena banyak posyandu harus ditutup untuk mencegah penularan, sehingga sejumlah kader posyandu harus mendatangi rumah-rumah balita untuk melakukan pengukuran.
 
 

GAMA-KiDS pertama kali dikembangkan pada 2019 dan diteliti lebih lanjut pada 2020 dan 2021 melalui pendanaan dari pemerintah, dan diuji coba pada Posyandu di Yogyakarta dan Aceh.
 
Sebelum diberikan kepada kader Posyandu, tim peneliti terlebih dahulu melakukan expert judgement. Ini merupakan suatu tahapan penelitian dengan melakukan wawancara pada beberapa pakar di bidang antropometri dan pengembangan media promosi kesehatan.
 
Alat ini memiliki karakteristik portabel, aman, dan ramah anak. Alat ini terdiri dari tikar panjang badan dengan panjang 100 sentimeter dan ketelitian 0,1 sentimeter serta desain yang menarik bagi anak.
 
"Desain alat juga dipastikan tidak terdapat ujung yang tajam sehingga aman bagi anak. Selain itu, terdapat cakram ukur status gizi yang didesain khusus untuk anak usia 0-24 bulan," papar Siti.
 
Baca: Vaksin Merah Putih UGM Siap Diuji pada Hewan
 
Pengembangan GAMA-KiDS masih dilakukan hingga saat ini, termasuk melalui uji coba di berbagai Posyandu di Indonesia, serta pengembangan desain alat dengan bantuan tim peneliti di lingkungan UGM.
 
Perangkat ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan angka stunting. Di saat berbagai Posyandu kesulitan dalam memperoleh alat ukur panjang badan yang valid, GAMA-KiDS dapat menjadi salah satu solusi, tidak hanya membantu kader mengukur panjang badan, namun juga memudahkan kader Posyandu melakukan deteksi dini stunting.
 
"Harapannya GAMA-KiDS dapat dikembangkan lebih lanjut dan menjadi produk unggulan tidak hanya di Universitas Gadjah Mada, namun juga Indonesia," ucap dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan