Nyamuk tersebut kawin dengan nyamuk DBD bervirus dan melahirkan nyamuk baru tanpa virus DBD. Pelepasan nyamuk ber-wolbachia dimulai pada 2014.
Pelepasan nyamuk dilakukan dengan cara menitipkan ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia ke rumah warga. Penitipan ember tersebut selanjutnya meluas ke wilayah intervensi penelitian Kota Yogyakarta pada awal 2017, dan melengkapi seluruh wilayah Kota Yogyakarta pada akhir 2020.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit Dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Lana Unwanah, menyebut kasus DBD di Yogyakarta turun drastis. Pihaknya mencatat per Oktober 2023 hanya terdapat 67 kejadian DBD di Kota Yogyakarta.
"Angka ini merupakan yang terendah selama 10 tahun terakhir ini, mengingat siklus 5 tahunan kejadian DBD Kota Yogya terjadi di 2010 dan selanjutnya 2016," beber Lana di Universitas Gadjah Mada, Rabu, 22 November 2023.
Lana meyakini nyamuk ber-Wolbachia menjadi teknologi yang melengkapi usaha pengendalian DBD yang efektif menurunkan angka kasus di Kota Yogyakarta. Teknologi nyamuk ber-Wolbachia terbukti efektif mengurangi 77 persen kasus DBD. Selain itu, menurunkan 86 persen rawat inap karena Dengue.
Peneliti utama World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, Adi Utarini, menyampaikan sebanyak 11.200 ember dititipkan kepada orang tua asuh (OTA) nyamuk di seluruh Kota Yogyakarta. Hingga kini, persentase nyamuk yang dapat menghambat penularan virus dengue tersebut stabil tinggi di seluruh wilayah Kota Yogyakarta.
Perempuan yang akrab disapa Uut ini menyampaikan apresiasinya kepada Pemerintah Kota Yogyakarta. Dia menyebut Pemkot telah mengambil keputusan penting dengan melakukan transformasi kesehatan terkait pengendalian DBD menggunakan inovasi nyamuk ber-Wolbachia.
Baca juga: Mengenal Nyamuk Wolbachia yang Disebar Kemenkes di 5 Kota untuk Tekan DBD |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News