Belajar di Korea Selatan. DOK Ruangguru
Belajar di Korea Selatan. DOK Ruangguru

9 Fakta Tentang Sekolah di Korea, Tak Seindah di Drakor

Medcom • 20 Juli 2022 17:03
Jakarta: Gelombang tersebarnya budaya pop korea secara global atau Korean wave juga masuk ke Indonesia lewat berbagai drama televisi dan musik. Dari segi televisi, drama korea yang menjadi favorit masyarakat Indonesia, banyak menggambarkan kehidupan masyarakat Korea yang dikemas dalam berbagai genre komedi hingga cerita romantis.
 
Sering kali, drama-drama tersebut menggunakan lokasi seperti sekolah dan kampus di Korea Selatan untuk memperlihatkan latar kehidupan siswa dan mahasiswa di sana. Sobat Medcom pasti sering bertanya-tanya, apakah yang digambarkan dalam drakor benar-benar sama dengan kehidupan aslinya?
 
Melansir dari laman Ruangguru, berikut sembilan fakta tentang sekolah di Korea Selatan:

1. Jam belajar

Pelajar di Indonesia rata-rata memulai hari mereka di sekolah pada jam 08.00 pagi dan pulang jam 16.00, baik SD maupun SMP. Meski begitu, masih banyak pelajar yang suka mengeluh dan merasa mereka pulang terlalu sore.

Padahal, di Korea pelajar bisa selesai belajar jam 19.00. Belum lagi banyak di antara mereka yang suka melakukan self-study (yaja) yang bisa membuat mereka belajar sampai jam 23.00.
 
Sobat Medcom pasti bertanya-tanya, mengapa bisa mereka belajar begitu lama? Hal ini ternyata memang sudah menjadi peraturan wajib, karena siswa di sana perlu melakukan persiapan untuk suneung atau yang biasa kita sebut dengan SBMPTN di Indonesia.

2. Bimbingan Belajar (Bimbel)

Sobat Medcom pasti berpikir, sudah belajar 16 jam di sekolah, apakah memerlukan bimbel lagi? Dan ternyata, rata-rata siswa Korea masih memerlukan hagwon atau bimbel ini, bahkan banyak dari mereka yang baru dapat tidur pukul 02.00.
 
Anehnya, hal ini tidak hanya dirasakan oleh siswa SMA saja, namun juga siswa SD Dan SMP. Mengutip buku “Shadow Education and the Curriculum and Culture of Schooling in South Korea”, milik Young Chun Kim, sekitar 8 dari 10 atau 80 persen siswa di Korea mendaftar bimbel.
 
Meski begitu, uniknya bimbel di Korea tidak hanya menawarkan pelajaran akademis saja seperti Matematika ataupun Sejarah, namun juga pelajaran akademis seperti non akademis seperti kesenian serta olahraga. Hal ini tentunya sangat jarang kita lihat di bimbel-bimbel yang ada di Indonesia.
 
Namun, seperti kata pepatah, ada barang ada pun harga. Karena walaupun terkenal bagus, biaya bimbel ini sangatlah mahal.
 
Tercatat dari data yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Korea Selatan, pada 2016 saja kurang lebih 14,4 persen keluarga di Korea mengeluarkan 500.000 Won atau sekitar Rp6 juta untuk biaya bimbel per satu anak.
 
 

3. Mata Pelajaran

Korea adalah negara yang sangat mengedepankan pendidikan mereka. Terbukti, ekstrakurikuler yang hanya menjadi “penambah kegiatan” bagi siswa Indonesia saja, biasanya digunakan untuk menambahkan nilai plus saat masuk ke dalam universitas oleh siswa Korea.
 
Sementara itu, Korea sendiri memiliki 10 pelajaran utama yang diajarkan di sekolah, dari mulai Matematika, Studi Sosial, hingga Bahasa Inggris. Akan tetapi pelajaran Bahasa Inggris biasanya baru diajarkan saat siswa di Korea memasuki kelas tiga. 

4. Sabtu tetap masuk

Belum puas dengan belajar 16 jam sehari dan mengikuti bimbel, siswa Korea Selatan juga diwajibkan untuk mengikuti sistem dengan bersekolah setengah hari pada hari Sabtu.
 
Bisa dikatakan, siswa Korea harus bersekolah selama 220 hari dalam setahun, meskipun memiliki liburan musim panas dan dingin. Padahal, siswa di Amerika yang memiliki liburan yang sama hanya harus bersekolah sekitar 180 hari setiap tahunnya. 

5. Tes masuk universitas

Tes masuk universitas atau suneung merupakan salah satu tes paling penting yang harus dilakukan di Korea Selatan. Saking pentingnya, pada saat suneung berlangsung, Korea menjadi seperti kota mati sesaat, di mana toko-toko akan dibuka lebih siang bahkan keberangkatan pesawat akan ditunda demi suneung ini.
 
Persiapannya pun bukan main-main, karena biasanya dilakukan sejak jauh hari. Bahkan, siswa SMA rela tidak tidur untuk mengerjakan latihan soal. 
 
Orang tua pun juga sama, kebanyakan dari mereka memasukkan anaknya ke bimbel sejak SD. Hal ini demi meraih universitas favorit, seperti Seoul National University, Korea University, dan Yonsei University (disingkat SKY) yang bisa dijadikan kebanggaan.

6. Makan siang

Sekolah di Korea Selatan memang selalu menyediakan makan siang, seperti yang kita lihat di drama Korea. Bahkan makan siang ini disediakan tidak hanya untuk siswa , namun juga untuk seluruh warga sekolah, dari mulai kepala sekolah hingga staf akan mendapatkan makan siang.
 
Yang lebih keren lagi, kepala sekolah akan merasa tidak canggung untuk duduk di meja kantin dan makan bersama dengan siswa. Hal ini dirasa juga perlu ditiru oleh kepala sekolah yang ada di Indonesia.
 
Meskipun kelihatannya sangat menyenangkan bisa mendapatkan makan siang dan makan malam, hal ini tidak datang secara gratis. Rata-rata biaya makan sebesar 63.000 Won atau Rp745 ribu akan ditambahkan ke biaya sekolah per bulan.
 
Namun bila dipikirkan, hal ini sangat wajar mengingat kualitas makanan yang disediakan. Biasanya dalam satu kali makan siang dan malam, murid akan mendapatkan makanan lengkap berupa nasi, sup, lauk pendamping (banchan) dan juga makanan penutup, contohnya buah.
 
Selain itu, setelah makan siswa di Korea Selatan biasanya membereskan peralatan makan mereka sendiri. Hal ini tentunya akan mengajarkan mereka untuk selalu hidup bersih dan teratur.
 
 

7. Hukum fisik berlaku

Sudah 2022, apa benar hukum fisik masih berlaku di Korea Selatan? Jawabannya masih, hal ini berhubungan dengan budaya Korea yang masih belum dapat lepas dari kolonialisme Jepang.
 
Pada 2011, Profesor dari Universitas Dong-eui melakukan penelitian dan hasilnya sebanyak 94,6 persen siswa di Korea Selatan pernah mengalami hukuman fisik dari guru mereka. Mengejutkannya lagi, lebih dari 1400 pengajar mendukung bahwa hukuman fisik dapat membuat siswa belajar dari kesalahan.
 
Meski begitu, sekarang ini hukuman fisik sudah sangat jauh berkurang. Sementara itu di Indonesia, hukuman fisik diharapkan sudah benar-benar hilang.

8. Peran orang tua

Sama seperti negara Asia pada umumnya, orang tua Korea selalu mendorong anaknya menjadi dokter ataupun insinyur. Hal ini dikarenakan orang tua ingin dipandang ataupun dipuji oleh orang lain.
 
Selain itu, uang dan status sosial juga menjadi alasan utama hal ini terjadi. Maka dari itu, tidak sedikit orang tua yang memaksa anaknya untuk terus belajar agar dapat meraih kesuksesan atau profesi yang orang tua inginkan.
 
Karena keinginan terhadap status yang tinggi dan uang, maka tidak heran orang tua memasukkan anak mereka ke bimbel sejak SD. Bahkan mereka rela menghabiskan banyak uang agar anak mereka bisa masuk kedokteran ternama di SKY.
 
Tidak hanya uang saja, pada masa suneung, orang tua akan terus berdoa di tempat ibadah. Hal ini demi mendoakan agar anak mereka bisa lancar dalam suneung dan masuk universitas ternama.
 
Namun terkadang, hal yang dipaksakan tidak selalu berakhir indah. Pada tahun 2013 dari penelitian yang dilakukan oleh Korean Statistic tercatat, bunuh diri menjadi penyebab utama kematian pada rentang usia sembilan sampai 24 tahun dan 39,2 persen penyebabnya karena tidak diterima di universitas yang diinginkan.

9. Memiliki nama asing (english Name)

Kebanyakan orang Indonesia pasti menganggap memiliki nama asing adalah hal yang tidak biasa. Namun, kebanyakan pelajar di Korea menggunakan nama asing atau English name untuk memudahkan guru bahasa Inggris mengenal siswa mereka.
 
Itulah sembilan fakta menarik sekolah di Korea, yang ternyata tidak seindah kehidupan di drama. Maka dari itu, Sobat Medcom harus selalu bisa bersyukur, karena sistem pendidikan di Indonesia tidak sekeras di Korea. (Gabriella Carissa Maharani Prahyta)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan