Muhammad Arifin Ilham, 19, misalnya. Mahasiswa Hubungan Internasional Fisipol UGM asal Aceh ini mengungkapkan perjuangannya untuk kuliah di UGM tidaklah mudah. Apalagi, berasal dari keluarga yang tinggal di wilayah ujung barat Indonesia.
Kedua orang tuanya merupakan salah satu korban dari bencana tsunami Aceh 2004. Meskipun berasal dari keluarga kurang mampu, mereka tidak pernah berhenti berusaha untuk mencari cara mewujudkan impiannya.
“Saya mengetahui UGM itu dari TV. Sejak SMP saya sudah tertarik untuk mengejar kuliah di UGM,” ungkap Arifin dikutip dari laman ugm.ac.id, Jumat, 7 Juni 2024.
Semasa SMA, Arifin aktif mengikuti berbagai kompetisi dan olimpiade sains tingkat nasional. Kemampuan itu terus ia asah untuk meyakinkan orang tua bahwa ia bisa berkuliah di luar daerah.
“Banyak yang bilang saya ini punya kemampuan kenapa tidak dicoba saja ke UGM. Saya juga coba yakinkan orang tua bahwa banyak loh beasiswa di UGM,” kenang anak pertama dari tiga bersaudara tersebut.
Awalnya, ia kurang mendapat dukungan dari orang tua, mengingat kuliah di luar kota seringkali memakan banyak biaya. Apalagi melihat UGM sebagai salah satu kampus terbaik di Indonesia.
Namun, berbekal keyakinan dan ketekunan, ia mendaftar prodi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM dan diterima melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) pada 2023.
Ayah Arifin bekerja sebagai pedagang dan ibunya adalah ibu rumah tangga. Ia mengaku merasa sangat terbantu dengan adanya beasiswa di UGM. Selain beasiswa KIP-K, Arifin juga mendapat bantuan pendidikan dari Keluarga Alumni Gadjah Mada (KAGAMA) Aceh.
Dia merasa sangat nyaman selama berkuliah di UGM, dengan sarana dan prasarana yang mendukung serta lingkup pertemanan yang menyenangkan. Saat ini, ia aktif di banyak kegiatan, termasuk salah satu Model United Nation (MUN) di Singapura, membuat artikel di Institute of International Studies (IIS) UGM, dan lain-lain.
Selain Arifin, Ramzy Oansa Ilham, 19, asal Rumbug, Lombok Timur, Rumbuk, Nusa Tenggara Barat juga mesti melalui jalan tak mudah untuk kuliah di UGM.
Ayahnya bekerja sebagai satpam outsourcing di salah satu kantor milik pemerintah. Keluarga Ramzy mengontrak rumah bedeng di gang sempit. Berdinding papan yang sudah lusuh dan sudah dimakan rayap, namun tetap tidak mengendurkan semangat Ramzy selalu berprestasi di kelas.
Meski hanya mengandalkan sebuah meja belajar kecil di sudut kamar yang digunakan secara bergantian dengan adik laki-lakinya, Ramzy selalu tekun belajar demi menggapai cita-cita mengenyam kuliah di perguruan tinggi ternama.
Ramzy memilih masuk Fakultas Hukum UGM lantaran fenomena sosial yang ia lihat di lingkungannya. Banyak sekali masyarakat menengah ke bawah kesulitan mendapatkan bantuan hukum.
“Sebenarnya saya ingin masuk ke dunia politik, tapi ingin belajar hukum dulu supaya nanti kalau sudah masuk politik bisa jadi orang yang benar secara hukum,” jelas Ramzy.
Dia memilih UGM sebagai kampus tujuan karena bisa mendukung perkembangan kariernya kelak. Baginya, tempat di mana ia belajar saat ini adalah titik yang menentukan dirinya di masa depan.
“Banyak yang bilang kenapa nggak kuliah di daerah saja. Tapi kita kan enggak mau jadi katak dalam tempurung, kita ingin keluar dari zona nyaman,” tutur dia.
Meskipun berasal dari keluarga kurang beruntung secara ekonomi, Ramzy tidak pernah merasa minder dengan teman-temannya di kampus. Satu hal penting untuk diterapkan di lingkungan perkuliahan adalah cara seseorang dapat melakukan sesuatu sesuai kapasitasnya.
Ramzy menegaskan kondisi ekonomi bukanlah suatu penghambat seseorang untuk berkarya. Selama ia bisa melakukan yang terbaik dalam setiap langkah kehidupannya, Ramzy tidak akan merasa tertinggal dibandingkan dengan teman-temannya.
“Jangan pernah membandingkan diri sendiri dengan orang lain, selama kita belum berusaha dengan semaksimal mungkin untuk berkompetisi dan memberikan potensi kita yang terbaik,” pesan Ramzy.
Dia mengaku diterima menjadi mahasiswa UGM tidak mudah karena harus bersaing dengan banyak siswa lainnya dari seluruh Indonesia. Tapi, selalu ada jalan dan kesempatan terbuka luas bagi siapa saja, dan upaya tersebut akan sebanding dengan apa yang akan didapatkan ketika sudah kuliah di UGM.
Baca juga: Cerita Si Kembar Sherlina dan Sherlita Lulus Barengan dari UGM dengan Predikat Cum Laude |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id