"Tidak lagi merasa bagian dari pelajar. Dan ini banyak terjadi di berbagai daerah kita. Ini konkret," ucap Huda di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 15 Maret 2021.
Kesimpulan ini, kata dia, juga didapat dari hasil kunjungan Komisi X di daerah pemilihan (dapil) masing-masing. Selama PJJ, siswa sulit dipantau guru. Orang tua juga tak bisa maksimal membimbing dan mengawasi lantaran terhimpit ekonomi akibat pandemi.
Huda juga menyebut PJJ berkontribusi atas terjadinya tawuran pelajar di sejumlah tempat. "Karena apa, karena mereka sudah merasa , ya sudah enggak sekolah hampir setahun setengah," ucap politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.
Baca: Komisi X Dukung Siswa Kembali ke Sekolah, Ini Alasannya
Pada beberapa kasus, kata dia, ada juga siswa yang bunuh diri karena tak sanggup dan tertekan selama pembelajaran dari rumah. Fakta lainnya, kata dia, sejumlah siswa yang tak punya gawai akhirnya berkumpul di satu tempat dengan dalih belajar bersama.
"Lalu terjadi hubungan yang sifatnya intim, dengan sesama siswa dan akhirnya terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan, faktanya banyak, sangat amat banyak terkait dengan ini," ujarnya
Huda menekankan, situasi ini perlu penanganan serius. Salah satu cara ampun mengatasinya, kata dia, yakni mengembalikan siswa ke sekolah. "Kami mendorong, kita butuh ada suasana memberikan ruang terapi psikologi kepada pelajar kita supaya bisa masuk sekolah," ungkapnya.
Menurut dia, proses belajar di sekolah tak perlu langsung diterapkan seperti masa sebelum pandemi. Pembelajaran tatap muka (PTM) bisa dilakukan bertahap dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.
"Dalam rangka untuk menangani psikis anak saja, supaya dia kembali dapat suasana dia sebagai pelajar dan dia punya suasana dapat kembali ke sekolah," ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
