"Kita berharap upaya ini tahun depan sudah menunjukkan hasil baik melalui uji klinis yang kita harapkan bisa berlangsung awal tahun depan, maupun produksi skala besar yang kita harapkan bisa dilakukan setelah uji klinis satu sampai tiga selesai," kata Bambang dalam seminar virtual, Rabu, 26 Agustus 2020.
Bambang menuturkan, saat ini diperkirakan persentase perkembangan pengembangan vaksin Merah Putih sekitar 40 persen dari seluruh proses. Tim Lembaga Bio Molekuler (LBM) Eijkman sedang mengerjakan antigen dan menghasilkan kandidat bibit vaksin yang nantinya akan diuji coba kepada sel mamalia yang masih dalam skala laboratorium.
"Kemudian sesudah itu dilakukan uji terhadap hewan atau mamalia itu sendiri sebelum nantinya diserahkan kepada Bio Farma untuk diproduksi dan kemudian uji klinis untuk manusia," ujar Bambang.
Baca: Proses Uji Klinis Vaksin Merah Putih Dinilai Memungkinkan Dipercepat
Untuk mempercepat diperolehnya vaksin, pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan pihak luar negeri dan mengembangkan vaksin buatan sendiri. Bambang mengatakan, pengembangan vaksin Merah Putih juga menjadi krusial dalam rangka membangun kemandirian vaksin bangsa Indonesia.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk sekitar 270 juta, Indonesia tak boleh bergantung kepada vaksin dari luar negeri. Indonesia harus mandiri dalam produksi vaksin.
"Kita harus punya kemampuan tidak hanya memproduksi vaksinnya tapi juga melakukan penelitian dan pengembangan bibit vaksin dan itu sudah dilakukan oleh Lembaga Eijkman dengan vaksin Merah Putih," ungkapnya.
Riset dan pengembangan vaksin Merah Putih dipimpin oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dengan menggandeng sejumlah pihak dan institusi termasuk PT Bio Farma. Lembaga Eijkman juga bekerja sama dengan banyak pihak, universitas maupun dengan beberapa regulator.
Vaksin Merah Putih dikembangkan dengan platform protein rekombinan dan dengan menggunakan isolat virus SARS-CoV-2 penyebab covid-19 yang beredar di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News