Kadit baru menjalani 2 semester di ITB. Dia mengaku aktivitas perkuliahan tidak terlalu berbeda dengan saat SMA. Perbedaannya, kata dia, terletak pada materi. Saat SMA, materi ditempuh dalam waktu cukup lama. Saat kuliah, materi dapat dipelajari dalam satu pertemuan.
Kadit menyesuaikan diri, berpikir lebih cepat, dan banyak mencari sumber belajar lainnya. Mahasiswa yang terbiasa menggunakan lebih dari satu cara saat belajar itu selain mendengarkan dosen di kelas, dia menyisihkan waktu untuk belajar dan berlatih soal-soal.
Menurutnya, penting untuk memahami materi dasar terlebih dahulu kemudian mengeksplor materi yang lebih luas.
“Biasanya kalau ujian lebih susah daripada yang biasanya diajarkan di kelas. Tetapi kalau dasar materinya sudah paham, bisa mengeksplor walaupun mungkin ada salahnya,” ujar sosok yang hobi menonton film action science fiction ini dikutip dari laman itb.ac.id, Jumat, 6 September 2024.
Kadit terbiasa melakukan segala sesuatu dengan maksimal dan bersungguh-sungguh tiap harinya. Dia juga lebih menikmati setiap prosesnya ketimbang banyak berekspektasi.
Sebelum menjadi Juara 3 Clash of Champions, dia banyak memenangkan kompetisi Matematika. Kadit pernah memenangkan kompetisi karena berhasil menjawab di detik-detik terakhir.
Saat orang lain sudah menyerah dalam 10 detik terakhir, Kadit bahkan masih berupaya menghitung dan tidak menyerah begitu saja. Alhasil, Kadit menjadi satu-satunya peserta yang mampu menjawab dengan benar pada 5 detik terakhir.
Lulusan MAN 2 Kota Malang ini selalu memegang prinsip pantang menyerah dan berusaha yang terbaik. “Kalau misalnya orang lain menunggu saya menyerah, artinya orang lain bakal menunggu selamanya. Kalau misalnya mengalami kegagalan di satu kesempatan, kegagalannya hanya di situ doang, bukan di seluruhnya. Jadi, ya sudah, sekali gagal bukan menjadikan kesimpulan kalau semuanya gagal,” ujar dia.
Kadit akan menempuh studi sebagai mahasiswa jurusan Teknik Elektro pada awal September 2024 setelah mengikuti Tahap Persiapan Bersama (TPB) pada tahun pertama perkuliahanya di ITB Kampus Jatinangor. Saat menjalani TPB, dia mendapatkan IPK 3.92/4.00.
Kadit mengaku ingin terjun di jurusan aplikatif namun yang masih erat dengan matematika. Dia akhirnya memilih Teknik Elektro karena melingkupi aspek cukup luas dengan adanya sistem, pemrograman, rangkaian listrik, dan banyak komponen lainnya.
Dia bercerita awal ingin masuk Teknik Elektro ITB saat ikut lomba yang menuntut pesertanya memadukan kemampuan logika, fisika, electrical engineering, dan pemrograman dasar. Di bagian rangkaian listrik tidak hanya teori saja, tetapi ada praktik dan presentasi.
"Nah, menurutku waktu itu kayak seru sih ini kalau dihubungin dengan logika dan fisika. Jadi, cocok sih ini eksplor ke Teknik Elektro karena sudah sempat tahu apa yang akan dipelajari dan tahu tantangannya seperti apa,” cerita Kadit yang masuk ITB lewat jalur UTBK-SNBT itu.
Sosok yang suka main game ini senang bergaul dan memiliki banyak teman. Dengan kepribadiannya yang tenang, Kadit merasa lebih mudah menjalin relasi dengan orang lain.
Baca juga: Cerita Ghaza Jadi Peserta CoC, Seleksi Ketat Sejak Awal |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id