Jakarta: Psikolog pendidikan sekaligus praktisi kesehatan mental, Alva Paramita mengatakan bahwa orang tua harus memberikan perhatian lebih pada kesehatan mental anak selama pandemi. Sebab rasa takut, emosi, dan kesepian yang dialami anak selama pandemi dapat meningkat menjadi depresi.
Terlebih lagi, anak-anak memiliki risiko untuk menanggung stress dua kali lipat dibandingkan orang dewasa. Alva mengatakan, selama satu tahun belakangan terjadi banyak perubahan yang harus dihadapi karena pandemi covid-19. Orang tua misalnya, kian dituntut untuk menjalani peran yang tidak lagi sama.
Selain menjadi orang tua, namun juga harus bisa menjadi guru bagi anaknya saat anak tengah menjalani Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Kemudian, saat pendemi semakin banyak orang tua yang mengalami frustasi karena harus menjalani kedua peran itu sekaligus.
"Dulu habis antar anak ke sekolah orang tua langsung cabut untuk kongkow atau arisan dan lainnya. Sekarang mereka harus ter-lockdown di rumah dengan anak-anaknya, orang tua pun furstasi," kata Alva yang juga Psikolog Pendidikan Sekolah Global Sevilla, dalam Webinar “Creating Connection Between Parents and Kids”, Sabtu, 27 Maret 2021.
Namun Alva mengingatkan, agar orang tua tidak egois dengan berpikir bahwa hanya dirinya lah yang mengalami frustasi. Sebab ternyata, apa yang dihadapi orang tua hanyalah separuh beban yang kemungkinan dihadapi anak.
"Jangan pikir anak-anak enggak stres. Anak-anak dua kali lipat menanggung stres dibanding orang dewasa," terangnya.
Frustasi bahkan emosi yang dihadapi anak saat pandemi biasanya dipicu oleh minimnya kesempatan anak mendapatkan sinar matahari yang cukup, anak juga tidak lagi bisa leluasa bermain di luar ruangan.
Padahal bermain di luar ruangan dapat menjadi stimulan bagi perkembangan otak dan tubuhnya. "Hati-hati juga, akar dari emosi yang muncul seperti rasa takut dan kesepian saat pandemi dapat meningkat jadi depresi," kata Alva.
FOLLOW US
Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan