Ilustrasi SNMPTN. Medcom
Ilustrasi SNMPTN. Medcom

Mengenal Testophobia, Rasa Takut pada Ujian

Renatha Swasty • 03 Maret 2022 17:18
Jakarta: Memasuki awal tahun sudah menjadi tradisi siswa siswi mulai mempersiapkan diri menyambut serangkaian ujian. Seperti ujian sekolah atau ujian masuk perguruan tinggi.
 
Semua berlangsung dengan rentan waktu yang berdekatan. Ada yang menyambut ujian dengan gembira, tapi tidak sedikit yang justru gundah gulana.
 
Beberapa tahun terakhir ujian selalu menjadi momok bagi sebagian besar pelajar di seluruh dunia. Banyak gejala muncul ketika hari ujian segera tiba. Bahkan, tidak sedikit dari siswa siswi yang dijuluki terpintar di kelas, menjadi sering mengalami gejala kecemasan.

Apabila gejala yang muncul sampai membuat jantung berdebar-debar, mual, kepala mulai pusing, sesak napas, atau bahkan pingsan, itu adalah tanda-tanda seorang testophobia.
 
Berikut mengenai testophobia dikutip dari Ruangguru:

Apa itu testophobia?

Testophobia adalah ketakutan yang terjadi terus-menerus pada bentuk-bentuk ujian atau evaluasi. Contohnya, pelajar yang sering merasa cemas atau bahkan sampai takut masuk ruang kelas yang sudah disusun berjarak.
 
Testophobia adalah fobia dengan jenis situasional yang berkaitan dengan pengalaman negatif. Contohnya seperti pengalaman buruk, traumatik, ekspektasi yang tidak kunjung terealisasi, atau tuntutan berlebih.
 

Apa penyebab testophobia?

Ada dua faktor yang menyebabkan munculnya gejala testophobia. Pertama, faktor genetika atau menurun dari orang tua. Kemudian, faktor kedua ialah lingkungan sosial.
 
Faktor lingkungan sosial ini bermacam-macam bentuknya, termasuk juga lingkungan keluarga. Salah satu penyebabnya ialah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pendidikan yang ideal dan apa sebenarnya yang dibutuhkan seorang anak.
 
Banyak kita temui di kehidupan sehari-hari, saat orang tua, saudara, tetangga, bahkan guru, menaruh harapan begitu besar kepada anak ketika anak tersebut sedang mempersiapkan ujian. Meminta mereka untuk membawa pulang nilai-nilai yang tinggi, ingin memamerkan ranking anak saat kumpul keluarga, atau membanding-bandingkan nilai antara anak yang satu dengan yang lainnya.
 
Tanpa disadari, pengalaman-pengalaman itu terekam jelas di ingatan anak dan menjadikannya cemas dan gelisah ketika hendak menghadapi ujian. Alasannya satu, takut mengecewakan orang yang sudah menaruh harapan padanya.
 
Akibatnya, ketika siswa siswi ini mulai menghadapi ujian yang muncul bukan rasa ingin tahu untuk melihat sejauh mana pengetahuan yang dikuasai dari hasil pembelajaran selama ini. Melainkan hanya berharap hasil ujian mendapatkan nilai baik sesuai harapan.
 
Bagaimana bila hasil yang didapat tidak sesuai harapan? Percaya diri makin jatuh, rasa malas akan semakin bertambah, dan terparah bisa kabur dari rumah atau seperti kasus-kasus yang pernah terjadi, bunuh diri.

Cara mengatasi testophobia

Untuk menyembuhkan testophobia sebenarnya mudah. Asal ada keinginan membuka pikiran dan melebarkan cara pandang kita tentang belajar dan juga pendidikan yang ideal. Kerja sama antara pihak orang tua, lingkungan sosial, dan pihak sekolah juga penting.
 
Sobat Medcom harus tahu kalau pendidikan itu hak semua manusia dan belajar adalah kebutuhan. Kenapa kebutuhan?
 
Kita hidup di dunia yang diisi banyak makhluk hidup. Ada manusia, tumbuhan, dan hewan. Sebagai makhluk hidup kita butuh makan untuk bisa bertahan hidup.
 
Untuk tahu apa saja yang bisa kita makan di bumi ini, kita butuh belajar. Belajar menentukan makanan yang mengandung gizi yang baik, tidak beracun, dan tidak membuat rusak tubuh kita.
 
Kita juga harus belajar supaya makanan yang bisa kita makan tidak habis atau punah, supaya kita bisa terus bertahan hidup. Caranya, mempelajari ekosistem, bercocok tanam, dan kita mengenalnya dengan Biologi.
 
Terjawabkan kenapa belajar itu menjadi sebuah kebutuhan dan bukan tuntutan?
 
Saat ini, orang yang memiliki daya tarik besar ialah mereka yang mempunyai pengetahuan luas, imajinasi tinggi, dan keahlian khusus.
 
Orang-orang yang memiliki pengetahuan yang luas selalu tahu cara bersikap, berbicara dengan orang yang berbeda-beda latar belakangnya, dan mampu membaca peluang. Begitu juga dengan orang yang memiliki keahlian khusus.
 
Apalagi di dunia yang terus berkembang seperti ini kan. Misalnya teknologi. Teknologi terus berkembang, dan teknologi selalu mencari orang-orang yang mampu mengoperasikan untuk bisa menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.
 
Jadi, itulah alasannya belajar adalah kebutuhan. Bukan lagi tuntutan orang tua yang meminta mendapat nilai tinggi di semua mata pelajaran. Bukan juga tentang keinginan guru supaya kelas menjadi terbaik karena anak-anaknya mendapat nilai bagus.
 
Tapi, belajar tentang diri sendiri dan pengetahuan terhadap realitas kehidupan sehari-hari. Apabila paham dan senang, urusan nilai bukan lagi paling dipusingkan saat ujian.
 
Sebab, yang ada di kepala sekarang ialah keingintahuan tentang sejauh mana menguasai pelajaran yang disenangi.
 
Untuk bisa mendapatkan pengetahuan dan pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari, Sobat Medcom harus menemukan pola belajar yang asik dan tidak membosankan.
 
Baca: Masih Pakai Sistem Kebut Semalam? Ini Cara Belajar Efektif dan Efisien
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan