Namun, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti mengatakan, bahwa masih banyak orang tua yang khawatir dengan isi SKB tersebut. Utamanya orang tua yang menyekolahkan anaknya di madrasah.
Menurut Retno, kekhawatiran itu muncul akibat adanya kesalahpahaman orang tua murid. Retno menegaskan jika sekolah madrasah memiliki kekhususan.
"Banyak orang tua khawatir, terutama orang tua yang menyekolahkan anaknya di madrasah, ternyata kan Kementerian Agama sudah berciri khas agama ya enggak masalah sebenernya dia mewajibkan dalam aturan," terang Retno dalam webinar Imparsial dengan tajuk Sekolah Sebagai Penyemai Toleransi, Senin 8 Februari 2021.
Menurut Retno, banyak orang tua berpikiran percuma saja memasukkan anak ke sekolah Madrasah. Orang tua mulai berpikir anaknya akan semena-mena tidak menggunakan jilbab di lingkungan sekolah karena aturan tersebut.
Baca juga: Intoleransi di Sekolah Memprihatinkan, Urusan Jilbab Hingga Pilih Ketua OSIS
Jika pun hal itu benar terjadi, Retno berharap sekolah madrasah memiliki peran pendampingan. Karena itulah fungsi dan kekhususan sekolah keagamaan.
"Padahal seharusnya ini tidak salah mengajarkan. Tapi membangun kesadaran itu tadi, memberikan pengetahuan. Mencontohkan," ujar Retno.
Lebih lanjut, Retno juga menyampaikan adanya kesalahpahaman orang tua jika SKB Tiga Menteri melarang penggunaan jilbab sama sekali. Hal ini bakal membuat anak-anak harus membuka jilbab.
"Anak saya udah pakai jilbab dan itu atas keseadarannya, nanti bagaimana? ini yang mereka khawatir," ungkap Retno.
Untuk itulah dia meminta pemerintah untuk lebih gencar lagi dalam melakukan sosialisasi SKB Tiga Menteri itu secara lebih masif. Sosialisasi harus ditekankan kepada pemberian hak setiap orang dalam menjalankan agama bersama dengan atribut yang menyertainya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
