Separuh porsi praktik akan dijalankan di kelas industri yang dimiliki Sekolah Vokasi UNS dengan fasilitas serupa industri. Sebagian porsi praktik lain langsung dijalankan di industri dengan magang industri.
Para mahasiswa juga akan diajar dosen-dosen industri, yakni karyawan yang ditugaskan instansinya untuk mengajar di Sekolah Vokasi UNS. Selain itu, mahasiswa vokasi juga harus memiliki minimal satu sertifikat keahlian sebelum lulus. Dengan semua pengalaman ditambah dengan pengakuan dari sertifikat keahlian tersebut, lulusan vokasi diharapkan cepat mendapat kerjaan sesaat setelah lulus.
"Kita sangat berharap adik-adik mahasiswa betul-betul terampil. Begitu lulus dengan bangga mengatakan saya bisa mengerjakan ini dan itu, tidak hanya saya telah belajar ini dan itu. Dengan begitu, hari pertama bekerja di perusahaan nanti kita sudah bisa memastikan adik-adik ini sudah siap bekerja," ujar Santoso.
Baca: Kemendikbud Usulkan Indeks Pemertahanan Bahasa Daerah
Wakil Ketua Umum Ikatan Alumni (IKA) UNS, Zudan Arif Fakrulloh melihat ada urgensitas untuk mengembangkan pendidikan vokasi agar dapat selaras dengan dunia industri. Indonesia, kata dia, membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian khusus, dan sekolah vokasi didesain untuk itu.
"Ini kebutuhan riil industri dan pasar kerja di Indonesia, dan vokasi bisa menjembatani itu," tutur Zudan yang juga Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Melihat hal itu, Sekolah Vokasi UNS berkomitmen untuk terus maju. Salah satu langkahnya adalah segera upgrade program-program studi D3 menjadi program studi berjenjang D4 yang rencananya akan direalisasikan bertahap hingga 2023 nanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News