Ilustrasi. Foto: MI/Panca Syurkani
Ilustrasi. Foto: MI/Panca Syurkani

Penyederhanaan Kurikulum Bukan Berarti Menghapus Mata Pelajaran

Ilham Pratama Putra • 22 September 2020 07:02
Jakarta: Eks Ketua Tim Inti Kurikulum 2013 (Kurtilas) Said Hamid Hasan menyebut penyederhanaan kurikulum bukan berarti menghapus mata pelajaran (mapel). Termasuk, menghapus mapel sejarah yang belakangan ramai diperbincangkan.
 
"Kalau menyederhanakan mapel kalau alasannya terlalu banyak, maka dari itu saya katakan dan buktikan itu tidak benar," ujar Said kepada Medcom.id, Senin 21 September 2020.
 
Dia menyebut mapel yang ada di seluruh jenjang saat ini sudah sesuai. Bahkan, mapel di Indonesia sudah jauh lebih sedikit dari Jepang atau Singapura.

"Kita itu enggak sampai 11 mapel. Bahkan mapel SD kita lebih sedikit dari SD Jepang, dan tidak lebih banyak dari Singapura mapelnya. Itu sumber mana kok bisa menyatakan kita lebih berat," terang Said.
 
Baca: Nadiem Diminta Libatkan DPR dalam Penyederhanaan Kurikulum
 
Kalau memang lebih berat, maka yang harus dikaji adalah kompetensi dasar (KD) satu mapel. Sebab, sangat memungkinkan KD yang awalnya banyak dijadikan satu bagian dalam kurikulum.
 
"Kan ada KD yang bisa digabung. Dan itu harus jelas apa yang kita maksudkan dengan penyederhanaan kurikulum itu," sambung Said.
 
 

Guru besar di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) itu melanjutkan, sebaiknya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan evaluasi secara komprehensif terlebih dahulu kurikulum 2013 saat ini. Tentunya, dengan melibatkan para pakar dan para pemangku kepentingan di dunia pendidikan.
 
"Kita undang organisasi lain, kita persilakan mereka mengkajinya, jadi itu proses harus terbuka. Jangan ada yang dirahasiakan," ujarnya.
 
Baca: Perancangan Kurikulum Harus Transparan
 
Belakangan, isu penghapusan sejaran memantik polemik masyarakat. Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) sampai membuat petisi di laman change.org dengan judul ‘kembalikan posisi mata pelajaran sejarah sebagai mapel wajib bagi seluruh anak bangsa’. Hingga Minggu, 20 September 2020 petisi ini telah ditandatangani lebih dari 20 ribu orang.
 
Mendikbud Nadiem Nadiem sudah memberikan klarifikasi atas polemik tersebut. Ia malah mengaku terkejut dengan beredarnya isu penghapusan mapel sejarah. 
 
"Tidak ada sama sekali kebijakan, regulasi atau perencanaan penghapusan mata pelajaran Sejarah di kurikulum nasional," tegas Nadiem dalam video klarifikasinya, Minggu, 20 September 2020.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan