Di Indonesia, kasus kematian akibat rabies terbilang masih cukup tinggi. Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) Jola Rahmahani mengatakan upaya untuk mencapai Indonesia Bebas Rabies 2030 perlu digalakkan.
Salah satu upaya itu melalui program vaksinasi hewan rabies. Namun, guru besar mikrobiologi veteriner itu menyebut vaksinasi masih mengalami kendala pada aspek budaya, sosial, dan ekonomi.
Dia mencontohkan keberagaman budaya di Indonesia memberikan perbedaan cara pandang masing-masing suku bangsa terhadap anjing sebagai hewan penular utama rabies. Sehingga, dapat meningkatkan kerentanan infeksi.
“Di beberapa wilayah, anjing dimanfaatkan sebagai adu bagong di daerah Sunda, teman berburu di Sumatra Barat, penolong selama pelayaran bagi suku Bugis, dan sebagai bahan konsumsi. Namun, saat ini konsumsi anjing sudah menurun karena adanya kampanye dog meet free,” tutur Jola dalam pidato pengukuhan guru besar dikutip dari laman unair.ac.id, Jumat, 3 Maret 2023.
Jola menyebut kendala pemberantasan juga terjadi dari aspek teknis. Seperti status vaksinasi rabies, interaksi dengan anjing lain, kondisi fisik anjing, jumlah anjing yang dipelihara, dan tidak terkendalinya populasi hewan penular rabies dan hewan peliharaan yang dilepasliarkan.
Dia mengatakan pemberian vaksinasi juga masih mengalami beberapa hambatan dan keterbatasan dari segi efektivitas maupun efisiensi. Terutama, vaksinasi rabies pada anjing liar atau anjing tidak berpemilik.
Jola menuturkan perlu upaya untuk menangani permasalahan tersebut. Salah satunya, uji coba penerapan vaksin oral rabies pada anjing liar dan anjing yang dilepasliarkan.
“Vaksinasi hewan liar menggunakan vaksin oral rabies merupakan tahapan penting dalam mengontrol rabies. Vaksin oral rabies memiliki keunggulan pada program vaksin massal karena dinilai efektif dan jumlah individu yang divaksin lebih banyak,” papar Jola.
Dia menjelaskan vaksinasi oral rabies dapat mencegah dan mengatasi penyebaran virus rabies di antara populasi dan menurunkan risiko infeksi pada hewan domestik dan populasi manusia. Selain itu, vaksinasi ini sudah diterapkan di beberapa negara dan menunjukan hasil yang baik.
Jola menyebut penelitian surveilans virus rabies di Indonesia juga penting dalam menentukan galur virus rabies untuk vaksinasi ke depan. Hal itu karena Indonesia memiliki banyak pulau yang berpotensi memunculkan perbedaan jenis virus rabies yang bersirkulasi.
Kerja sama antar sektoral, penelitian, dan pendanaan memadai, surveilans, dan pendataan lengkap menjadi langkah awal dalam pemberantasan rabies di Indonesia.
"Diikuti dengan pengembangan vaksin sangatlah diperlukan untuk menghentikan penyebaran rabies pada hewan dan menyelamatkan jiwa manusia dari kematian akibat gigitan hewan penular rabies,” ujar dia.
Baca juga: Guru Besar Unair Temukan Obat Scabies dari Tanaman Liar untuk Hewan Ternak |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News