Akademisi dan Ketua Yayasan Ahli Waris Pahlawan Nasional Raden Dewi Sartika dan Agah Suriawinata (Awika), Kenny Dewi. Foto: Zoom
Akademisi dan Ketua Yayasan Ahli Waris Pahlawan Nasional Raden Dewi Sartika dan Agah Suriawinata (Awika), Kenny Dewi. Foto: Zoom

Mengenal Dewi Sartika, Perintis Pendidikan Kaum Perempuan

Ilham Pratama Putra • 28 Desember 2021 21:38
Jakarta: Raden Dewi Sartika merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia. Perempuan kelahiran 4 Desember 1884 itu dikenal sebagai perintis pendidikan bagi kaum perempuan di Jawa Barat.
 
Dewi tergolong beruntung, karena lahir dari seorang ayah yang merupakan priyai pada masa itu. Dewi pun mendapat kesempatan bersekolah di sekolah Belanda. Kala itu, tidak ada anak pribumi yang bisa sekolah di sana.
 
Namun, kehidupan yang nyaman, dan kesempatan mengenyam pendidikan itu tak bertahan lama. Saat usianya 10 tahun, ia dikeluarkan dari sekolah karena ayahnya diasingkan ke Ternate.

Sejak saat itu, Dewi dititipkan ke pamannya yang merupakan seorah patih. Sejak saat itu Dewi mendapatkan perlakuan seperti abdi dalam.
 
Kehidupan yang tidak nyaman itu membuat dia lebih prihatin terhadap kondisi kehidupan banyak orang. Termasuk saudara perempuannya.
 
Penggalan cerita ini dikisahkan Akademisi dan Ketua Yayasan Ahli Waris Pahlawan Nasional Raden Dewi Sartika dan Agah Suriawinata (Awika), Kenny Dewi dalam webinar 'Belajar dari Pemikiran Perempuan Pendidik'.
 
"Dari situ beliau berjuang, karena melihat banyak perempuan yang hanya bisa bergantung pada suaminya. Dia memandang prihatin nasib perempuan dan terinspirasi memperjuangkan kaum perempuan, utamanya dalam hal pendidikan," ujar Kenny, Selasa, 28 Desember 2021.
 
Baca: Rektor Unpad: Mochtar Kusumaatmadja Layak Jadi Pahlawan Nasional
 
Ia menyebut, Dewi konsisten memberikan pelajaran dan berbagi untuk warga pribumi. Hingga pada akhirnya, praktik pengajarannya yang sembunyi-sembunyi itu tercium oleh pemerintah Belanda, dan dicurigai.
 
"Ketika dicurigai oleh seorang inspektur Belanda dia menjawab yang dia lakukan di belakang rumahnya itu dengan 'Perempuan harus segala bisa. Saya ingin menanamkan kepada perempuan Bumi Putra, perempuan harus bisa segala hal, punya rasa percaya diri kepada kemampuannya'," terang Kenny.
 
Tekad itulah yang membuat inspektur Belanda itu bersimpati dan membantu Dewi untuk menghadap bupati Bandung. Dewi diminta untuk menyampaikan apa yang menjadi keinginannya.
 
"Beliau (Dewi) menyuampaikan inhgin mendirikan sekolah dimana sekolah itu bernama Sekola Istri. Itu tertulis di karya tulisnya yang berjudul  Kaoetamaan Istri dan Perempoean Boemipoetra yang menuliskan konsep pendidikannya," sebut cicit dari Dewi Sartika itu.
 
Kenny menjelaskan, Dewi Sartika gelisah ketika pendidikan tidak bisa diakses oleh rakyat kecil. Yang berakibat rakyat kecil malah menjadi buta dan tuli aturan karena kurangnya pengetahuan dan tidak ada yang mengajarkan secara sungguh-sungguh.
 
"Lewat sekolah itu dia menjadi motor emansipasi pendidikan bagi perempuan. Perempuan dibentuk untuk menjadi percaya diri, serba bisa dan tidak hanya terus bergantung kepada suami," tuturnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan