“Peran rimbawan juga semakin dibutuhkan dalam program pemerintah, antara lain Indonesia Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net-Sink 2030. Aktivitas rencana operasional program ini membutuhkan sumber daya manusia (SDM) di seluruh wilayah Indonesia untuk mencapai target penurunan emisi karbon,” kata Naresworo dalam Diskusi Daring: Ngolak Bareng Forest Digest ‘Masa Depan Rimbawan di Era Krisis Iklim’ dalam keterangan pers, Selasa, 4 April 2023.
Naresworo mengatakan Fahutan IPB University menyusun kurikulum pengajaran khusus rimbawan. Fahutan IPB University tidak hanya berfokus di sekitar kehutanan saja seiring meningkatnya isu-isu lingkungan, isu terkait perubahan iklim, biodiversitas, dan lainnya turut dilibatkan.
“Fahutan IPB University tidak hanya mengarahkan pembelajaran monodisiplin, tapi juga multidisiplin. Kepedulian sosial menjadi salah satu soft skill yang diperlukan oleh mahasiswa,” ujar dia.
Dia mengatakan mahasiswa sebagai rimbawan juga perlu mengasah kemampuan komunikasi dan kepemimpinan, tidak hanya ilmu kehutanan saja. Terlebih, lulusan akan bertemu dengan masyarakat lokal dan berbagai konflik yang menyelimuti di lapangan.
“Oleh karenanya, mahasiswa dituntut pula untuk berpikir kritis, kreatif, mampu kolaborasi dan siap berkarier,” tegas Naresworo.
Dia berharap lulusan Fahutan IPB University akan terjun di sektor yang lebih luas, tidak hanya di sektor kehutanan, melainkan juga berhubungan lingkungan. Naresworo menyebut di era krisis iklim, rimbawan harus memiliki kemampuan ini, karena hanya SDM berkualitas yang dapat mengawal proses mitigasi iklim agar berjalan dengan baik.
"Salah satunya dengan kurikulum Fahutan IPB University yang membekali mahasiswa hard skill dan soft skill sehingga menjadi lulusan yang adaptif dan tangguh bekerja di area hutan,” papar dia.
Dalam kurikulum tersebut, mahasiswa Fahutan IPB University dibekali kompetensi ilmu dasar berbasis lingkungan yang sejalan dengan prinsip ilmu kehutanan, preserve the forest, protect the future. Fahutan IPB University berupaya merombak stigma ilmu kehutanan yang dinilai merusak menjadi melestarikan.
"Bisnis kehutanan sejatinya berlandaskan pada Sustainable Forest Management. Ilmu kehutanan yang diajarkan menjunjung tinggi prinsip keberlanjutan dan kelestarian alam,” ujar dia.
Dia menyebut ilmu dan bisnis kehutanan menjunjung nilai konservasi, yakni pemanfaatan, pelestarian, dan perlindungan sebagai satu paket komplet. “Tidak ada material hutan yang mubazir, semuanya dimanfaatkan sebagai material hijau dan stok karbon dalam menanggapi krisis iklim,” sebut dia.
Naresworo mengatakan meskipun frekuensi praktik lapang berkurang akibat pandemi, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) memberikan peluang besar. Hal itu agar mahasiswa dapat mempraktikan ilmunya di luar program studi.
“Melalui MBKM, mahasiswa dapat mengasah soft skill dan hard skill-nya sesuai minat dan bakat dengan berbagai program pengayaan,” tutur dia.
Baca juga: Dosen IPB Sebut Wisata Rendah Karbon Bantu Dorong Penurunan Emisi Karbon |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News