Indra menjelaskan skor capaian literasi yang dipatok Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam RPJMN 2020-2024 hanya sebesar 396. Angka ini bahkan masih jauh di bawah capaian rata-rata negara anggota The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yakni 487.
"Kita masih tertinggal jauh. Bayangkan negara lain melakukan perbaikan dalam pendidikan mereka, ini berbahaya," kata Indra dalam diskusi daring, Jumat, 8 Mei 2020.
Menurut Indra, pemerintah harus berani mengubah target capaian skor literasi. Ini guna meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, dan tak tertinggal dari negara lain.
Indra menegaskan literasi merupakan hal dasar yang harus menjadi perhatian. Aspek ini menjadi tolok ukur kemampuan peserta didik di Indonesia.
"Kalau orang Indonesia tidak mampu membaca, berarti tidak mampu belajar, jadi akan bohong akan menguasai IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), akan menguasai berbagai hal tetapi tidak mampu membaca,” ungkapnya.
Baca: Revisi UU Sisdiknas Harus Menjamin Pemerataan Kualitas Pendidikan
Bagi Indra, alokasi anggaran pendidikan sebesar 20 dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) belum menujukkan hasil. Duit sekitar Rp500 triliun itu pun terkesan terbuang percuma.
Indra membeberkan, mengacu Programme for International Student Assessment (PISA), skor literasi Indonesia sebesar 371 dan tergolong masih rendah. Target skor literasi yang dipatok Kemendikbud sampai 2035, yakni 451.
Hasil PISA terbaru, kata dia, 55,4 persen siswa Indonesia tingkat literasinya berada di level 1. Ini jauh tertinggal dibanding Vietnam, yang hanya mencatatkan 13,9 persen pelajarnya masuk kategori literasi di level 1.
"Tidak paham apa yang dibaca, anak-anak kita sekolah wajib belajar sembilan tahun tapi tidak tahu, tidak paham, Pada dasarnya tidak mampu belajar," ungkapnya.
Indra pun menyarankan target capaian literasi diubah dan masuk dalam revisi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Keinginan membuat sumber daya manusia (SSDM) Indonesia yang unggul tak boleh sekadar slogan.
"Kalau unggul harus benar-benar, jangan pura-pura slogan saja unggul, aslinya tidak. Harus diperbaiki targetnya. Ini kemampuan membaca kemampuan dasar," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News