Mereka yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Faisal, SE., M.Si., MA, Prof. Dr. Rusli Yusuf, M.Pd, dan Prof. Dr. Ir. Hammam Riza Yusuf, M.Sc.
Rektor USK, Samsul Rizal dalam sambutannya mengatakan, pengukuhan kali ini terasa istimewa karena merupakan pengukuhan terakhir yang ia hadiri sebagai rektor USK. Pada kesempatan ini, Rektor juga sangat bersyukur karena laju pertumbuhan guru besar di USK masih relatif terjaga.
Bahkan cenderung meningkat dalam dua tahun terakhir. Saat ini USK sudah memiliki 105 orang guru besar. Rektor mengakui, jumlah tersebut masih relatif kecil karena baru 6,8 persen dari jumlah dosen USK yang mencapai 1.543 orang.
Namun, Samsul optimistis jumlah guru besar USK akan meningkat. Sebab saat ini jumlah dosen USK yang relatif muda, bergelar doktor serta memiliki jabatan fungsional kepala terbilang cukup banyak.
“Saat ini USK memiliki 418 orang dosen yang memiliki jabatan lektor kepala. Jadi kita optimistis, mereka bisa segera mencapai gelar profesornya,” ucap Samsul.
Selanjutnya, ia menilai kepakaran ketiga profesor baru ini juga sangat penting bagi kemashalatan umat. Misalnya Faisal yang berusaha mencari cara untuk mengontrol konflik keagenan yang sering terjadi pada perusahaan publik.
Risetnya ini bertujuan untuk membuat proses investasi berjalan sehat, sehingga bisa berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi negara. “Kajian Faisal sangat penting, mengingat studi governance tentang konflik keagenan masih relatif sedikit, dan belum menghasilkan kesimpulan yang benar-benar konkret,” ucap Samsul.
Begitu pula kepakaran Rusli yang berusaha mencari cara untuk mengontrol prilaku manusia agar mencintai lingkungan. Mengingat saat ini dunia mengalami krisis lingkungan yang sangat serius.
Selain faktor teknis-alamiah, penyebab kerusakan lingkungan hidup ternyata adalah perilaku manusia, yang memperlakukan lingkungan tidak baik, jauh dari tatanan konsensus dan etika, serta sifat antroposentris yang hampir tidak terkontrol.
Karena itulah, Rusli menilai perlu diterapkannya pendidikan kewarganegaraan yang khusus mengkaji isu lingkungan, yaitu pendidikan kewarganegaraan lingkungan. Ilmu ini dapat menjadi instrumen internalisasi untuk menumbuhkan serta meningkatkan kesadaran warga negara terhadap lingkungan.
“Penelitian Prof. Rusli bisa menjadi acuan pemerintah dalam membangun sistem pendidikan, yang bukan hanya berfokus pada pemahaman keilmuan, tetapi juga dalam bentuk perilaku terutama yang terhubung dengan isu lingkungan,” ucap Rektor.
Selanjutnya, kepakaran Hammam pada bidang kecerdasan buatan sangat penting untuk pengembangan teknologi di Indonesia. Mengingat teknologi berkembang sangat pesat dan memberi pengaruh yang besar bagi dunia.
Baca juga: Rektor USK Wajibkan Sivitas Akademikanya Vaksinasi Ketiga
Menurut Samsul, USK beruntung karena memiliki sejumlah pakar dalam bidang kecerdasan buatan ini dan salah satunya Hamam, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) periode 2019-2021.
Hammam telah memfokuskan kajiannya tentang penerapan kecerdasan artifisial pada berbagai bidang sejak tiga dekade lalu. Beberapa hasil kajiannya sudah diterapkan dengan memanfaatkan kecerdasan artifisial dalam pemrosesan bahasa alami atau natural language processing, dalam penerjemahan mesin atau machine translation, dalam pengenalan wicara atau Speech Recognition, dalam upaya reduksi risiko bencana, hingga inovasi teknologi kecerdasan artifisial untuk penanggulangan covid-19 dan isu kesehatan secara keseluruhan.
“Prof. Hammam mengamati bahwa teknologi kecerdasan artifisial benar-benar terbukti dapat berperan signifikan dalam mengatasi berbagai persoalan di setiap aspek,” ucap Samsul Rizal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News