Bapak Paskibraka, Husein Mutahar. Foto: Pramukadelta.org
Bapak Paskibraka, Husein Mutahar. Foto: Pramukadelta.org

HUT ke-80 RI

Mengenal Husein Mutahar, Bapak Paskibraka dan Pencipta Lagu Kebangsaan

Citra Larasati • 17 Agustus 2025 18:37
Jakarta: Momen sakral pengibaran Sang Saka Merah Putih dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia digelar pada 17 Agustus 2025 dan disaksikan dengan khidmat oleh seluruh rakyat di penjuru negeri. 
 
Di balik barisan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang berdiri tegak di halaman Istana Merdeka, tersimpan kisah seorang tokoh visioner yang menggagas tradisi ini, yaitu Husein Mutahar.  Melalui akun Instagram Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mengenang jasa Husein Mutahar dengan membagikan biografi singkat dan sejarah lahirnya Paskibraka.

Siapa Husein Mutahar?

Husein Mutahar lahir di Semarang pada 5 Agustus 1916, dikenal bukan hanya sebagai perancang Paskibraka, tetapi juga sebagai komponis lagu kebangsaan dan lagu anak-anak. Atas dedikasinya, ia dikenang sebagai Bapak Paskibraka Indonesia.
 
Husein Mutahar dipandang sebagai tokoh bangsa yang berjasa besar, terutama karena sosoknya sebagai penyelamat Bendera Pusaka di masa awal kemerdekaan sekaligus arsitek pengibaran bendera dalam upacara kenegaraan, yaitu pembentukan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. Berkat perannya, simbol persatuan bangsa terus berkibar hingga hari ini.

Pada tahun 1946, ketika Ibu Kota Indonesia berpindah ke Yogyakarta, Husein Mutahar mendapat tugas khusus dari Presiden Soekarno untuk mempersiapkan pengibaran Bendera Pusaka. Dari sinilah lahir gagasannya, pengibaran bendera sepatutnya dilakukan oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah Air sebagai lambang persatuan sekaligus penerus perjuangan bangsa.
 
Gagasan tersebut kemudian melahirkan Paskibraka, yang hingga kini menjadi simbol disiplin, tanggung jawab, dan cinta tanah air bagi generasi muda. Atas jasanya, Husein Mutahar dikenang sebagai tokoh penjaga kehormatan bendera dan penggerak semangat kebangsaan.
 
Warisan Paskibraka menjadi bukti bahwa semangat nasionalisme dapat terus hidup dalam setiap barisan, setiap langkah tegap, dan setiap kibaran Merah Putih.  Warisan Husein Mutahar tidak hanya dirasakan dalam upacara khidmat setiap 17 Agustus, tetapi juga dalam saat-saat sederhana yang sarat makna, seperti saat bendera Merah Putih berkibar di halaman sekolah setiap upacara Senin, atau saat masyarakat serentak memasang bendera di depan rumah pada bulan Agustus.

Karier Husein Mutahar

Mengutip lama Direktorat SMP, Husein Mutahar merupakan sosok dengan banyak talenta. Ia menyumbangkan kontribusi besar dalam sejarah Indonesia tak hanya sebagai pencipta lagu kebangsaan, namun juga memiliki karier gemilang di berbagai bidang. Utamanya dalam pemerintahan dan diplomasi.
 
Dalam perjuangan kemerdekaan, Husein Mutahar terlibat aktif dalam menyelamatkan Bendera Merah Putih saat ibu kota berpindah ke Yogyakarta dan menggagas upacara pengibaran bendera serta mendirikan pasukan pengibar bendera pusaka. 
 
Di pemerintahan, Husein sempat menjadi Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI pada 1945, ajudan Presiden pada 1946, dan Duta Besar RI untuk Vatikan antara tahun 1969 hingga 1973, sebelum akhirnya menjadi Penjabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri pada tahun 1974. 
 
Baca juga:  Upacara 17 Agustus 2025, Cerita Haru Siswa Papua Kibarkan Bendera Merah Putih

Dalam bidang musik, Husein merupakan komponis produktif pencipta lagu-lagu nasional yang masih dikenal hingga kini, termasuk “Dari Sabang Sampai Merauke.” Selain itu, ia juga tokoh utama dalam Pandu Rakyat Indonesia yang aktif mengembangkan Gerakan Pramuka. 
 
Warisan H. Mutahar mencakup lagu-lagu nasional yang menjadi bagian penting dari identitas bangsa, serta Paskibraka, lembaga yang melahirkan generasi muda berkarakter dan cinta tanah air. Sosoknya menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama generasi muda, untuk berkontribusi bagi bangsa. Dari H. Mutahar, kita belajar tentang cinta Tanah Air, kreativitas, kepemimpinan yang visioner, dan dedikasi yang tinggi terhadap tugas dan tanggung jawab. Meskipun beliau telah meninggal pada 9 Juni 2004, warisan dan pengaruhnya tetap hidup melalui karya-karyanya dan dedikasinya terhadap Indonesia.
 
Dari istana negara hingga gang kecil di pelosok negeri, semangat yang ia tanamkan terus menyala, mengikat bangsa ini dalam rasa persatuan dan kebanggaan yang tak lekang oleh waktu. (Alfi Loya Zirga)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan