UIII dibangun di atas lahan seluas 142,5 hektare. Lahan tersebut semula milik LPP RRI dan berada di Kompleks Pemancar RRI Cimanggis, Jalan Raya Bogor, Kelurahan Cisalak, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat.
Pembangunan UIII ditandai dengan peletakan batu pertama (groundbreaking) pada 5 Juni 2016 oleh Presiden Joko Widodo. Dalam sambutannya, Presiden Jokowi berharap UIII menjadi pusat peradaban Islam dunia karena Indonesia dikenal sebagai negara besar dengan penduduk muslim terbesar.
Sehingga, sudah sepatutnya Indonesia menjadi rujukan peradaban Islam dunia. UIII juga diharapkan menjadi pusat kajian Islam moderat, Islam jalan tengah, yang selama ini dikampanyekan pemuka agama.
Pada akhir Mei 2019, Presiden Jokowi menunjuk Komaruddin Hidayat sebagai Rektor Pertama UIII. Penunjukan Komaruddin Hidayat dengan pertimbangan sudah pernah menjadi rektor UIN Jakarta selama 2 periode (2006-2010 dan 2010-2015) dan sukses membawa UIN Jakarta menjadi salah satu universitas Islam terbaik di Indonesia.
Pendirian UIII lantaran selama ini banyak mahasiswa Indonesia menerima beasiswa dari beberapa negara yang perekonomiannya lebih rendah dari Indonesia, seperti Sudan, Maroko, dan lainnya. Sementara itu, Indonesia belum memiliki skema beasiswa untuk mahasiswa asing.
Padahal, mereka tertarik mengenal Indonesia yang dikenal sebagai negara muslim dengan pengalaman demokrasi yang juga sukses. Mereka ingin mengenal Indonesia lebih dekat, tapi belum ada skema beasiswa. Sedangkan, negara tetangga, seperti Malaysia sudah memiliki skema semacam itu.
Selain itu, UIII dibangun untuk memberikan stimulus bagi kampus-kampus di Indonesia untuk lebih berpikir internasional. Dosen muda yang belum sempat belajar ke luar negeri juga bisa belajar di UIII.
Sebagai lembaga pendidikan bertaraf internasional, UIII diharapkan menjadi trensetter akademik, riset, serta budaya Islam, baik di tingkat regional maupun internasional. Sedangkan, sebagai pusat kebudayaan muslim Indonesia, UIII akan menjadi etalase dan sekaligus jendela bagi Islam Indonesia ke dunia luar dan menjadi bagian terpenting dari soft diplomacy Indonesia ke dunia luar.
Pendirian UIII berdasarkan tiga pilar, yakni nilai keislaman, wawasan, dan proyeksi global, serta karakter kebangsaan Indonesia. Jadi, tugas dan fungsi UIII tidak hanya sebagai penyelenggara proses belajar mengajar, riset, dan pengabdian ke masyarakat semata, tetapi juga merupakan bagian dari upaya bangsa Indonesia dalam membangun peradaban Islam di Indonesia sekaligus menkontribusikan bagi peradaban global melalui jalur pendidikan.
Ada tiga pilar utama yang disiapkan pemerintah dalam membangun Pusat Peradaban Islam Indonesia (PPII), yaitu: Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Pusat Budaya Islam Indonesia (PBII), dan Pusat Pengkajian Islam Strategis (PPIS).
UIII didesain dengan memberikan perhatian khusus pada kajian dan pengembangan peradaban Islam Indonesia. Keberadaan UIII sangat strategis, karena sebagai khazanah atau etalase Islam di Indonesia.
Melalui UIII, mahasiswa luar negeri diharapkan dapat mengenal dan mempelajari Islam Indonesia yang relevan dan memiliki urgensi tinggi. Sebagai lembaga pendidikan, UIII diharapkan menjadi lembaga yang strategis mengenalkan Islam rahmatan lill ‘alamiin, yang selama ini dianggap kurang tersampaikan ke dunia internasional.
Dalam pelaksanaannya, UIII hanya menyelenggarakan program Post-graduate Magister (S2) dan Doktoral (S3), sehingga diharapkan tidak akan terjadi overlapping dengan universitas-universitas Islam yang berada di bawah naungan Kementerian Agama. Sejumlah fakultas yang akan dibuka ialah Studi Islam, Humaniora, Ilmu-ilmu Sosial, Sains dan Teknologi, Ekonomi dan Keuangan, Pendidikan, serta Applied dan Fine Arts.
Pada tahun pertama dibuka tiga fakultas, yaitu: school of Islamic studies, education, dan political science. Program ke depan, perguruan tinggi ini akan terdiri dari tujuh, yakni Kajian Islam, Ilmu Sosial Humaniora, Ekonomi Islam, Sains dan Teknologi, Pendidikan, Arsitektur, dan Seni.
Pembangunan gedung
Pembangunan UIII setidaknya menggunakan tujuh prinsip, yaitu mempertahankan keindahan yang abadi, epystemic community, pedestrian environment, bicycle environment, futuristic, iconic, menjadi pusat peradaban, dan menyatu dengan alam. Pembangunan kampus UIII dibagi menjadi tiga zona.Zona pertama terdiri atas gedung rektorat, masjid, perpustakaan, gedung fakultas, infrastruktur kawasan, lanskap dan ruang terbuka hijau, serta Echo Sanctuary Park. Zona kedua terdiri atas kawasan mahasiswa, meliputi pusat kegiatan kemahasiswaan, toko buku, university mall, sarana olahraga, kemudian juga kampus residen untuk guru besar dan dosen, staf, keluarga mahasiswa, dan apartemen mahasiswa, serta bangunan MEP yakni rehabilitasi bangunan lama.
Adapun zona ketiga terdiri atas kawasan fakultas dan pusat kajian (pusat kajian, scholar center, pusat pelatihan), serta kawasan peradaban (museum, pertunjukan seni dan budaya Islam, dan gedung serba guna/convention center). Pembangunan UIII dilaksanakan dalam tiga tahap.
Pembangunan Tahap I dikerjakan oleh Kementerian Agama, terdiri dari tiga paket yaitu pembangunan gedung rektorat, gedung fakultas A (Fakultas Kajian Islam, Pendidikan, dan Ilmu Sosial Humaniora), dan Kawasan Tiga Pilar (Masjid dan Perpustakaan di areal tengah kampus).
Tahap II pembangunan Kampus UIII dikerjakan oleh Kementerian PUPR meliputi Gedung Perpustakaan Pusat sebanyak 8 lantai seluas 16.556 m2 dengan kapasitas, pengunjung 1.000 orang, apartemen mahasiswi, dan masjid kampus 2 lantai seluas 5200 m2 dengan kapasitas tampung 1.880 jamaah.
Kemudian, pembangunan Perpustakaan Pusat 8 lantai seluas 16.556 m2 dengan kapasitas pengunjung 1.000 orang dan pembangunan apartemen bagi mahasiswi Blok I seluas 12.615m2 yang terdiri dari 8 lantai dengan jumlah kamar 268 unit.
Tahap III pembangunan kampus UIII dilaksanakan oleh Kementerian PUPR yang terdiri dari pembangunan Gedung Fakultas B setinggi 4 lantai seluas 14.590 m2, perumahan dosen 10 unit, dan Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R).
Pada Tahun Anggaran 2021/2022, dibuka 4 fakultas, yaitu, Faculty of Islamic Studies, Faculty of Economics and Business, Faculty of Social Sciences, dan Faculty of Education. Sedangkan pada Tahun Anggaran 2022/2023 akan dibuka 3 fakultas baru, yakni Faculty of Law, Faculty of Sciences and Technology, serta Faculty of Arts and Design.
Tiap fakultas memiliki dua prodi, yaitu Magister dan Doktor. Penambahan prodi dimungkinkan sesuai kebutuhan dan kesiapan.
Penerimaan mahasiswa baru
UIII membuka pendaftaran calon mahasiswa baru melalui program UIII Scholarship. Program ini terbuka untuk calon mahasiswa dari dalam maupun luar negeri.Pendaftaran dibuka mulai 7 Juni 2021 sampai 14 Juli 2021 dengan jumlah pelamar mencapai 1.009 orang. Mereka berasal dari 59 negara dengan komposisi 45 persen persen berasal dari Indonesia dan 55 persen dari mancanegara. Yakni Kanada, Arab Saudi, Mesir, Senegal, serta beberapa negara asia lainnya, termasuk Malaysia dan Singapura.
Setelah seleksi, sebanyak 98 orang diterima sebagai mahasiswa UIII Tahun Akademik 2021-2022. Sebanyak 28 mahasiswa masuk dalam Program Magister Studi Islam Fakultas Studi Islam, 23 mahasiswa Program Magister Ilmu Politik Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial, 22 mahasiswa Program Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan 25 mahasiswa Program Magister Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan.
Mahasiswa baru UIII ini terdiri atas 58 persen laki-laki dan 42 persen perempuan. Kemudian, 66 persen warga negara Indonesia dan 34 persen persen warga negara asing.
Kuliah perdana
Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) memulai perkuliahan perdana pada Senin, 27 September 2021. Upacara pembukaan perkuliahan dilaksanakan satu pekan sebelumnya, Senin, 20 September 2021 yang biasa disebut dengan Academic Convocation.Namun, mahasiswa baru mengikuti Academic Convocation secara daring lantaran masih pandemi covid-19. Meski bernuansa Islam, kampus UIII terbuka untuk mahasiswa dari semua agama.
Pada angkatan pertama, terdapat dua mahasiswa non muslim. Kedua mahasiswa ini tetap harus mengikuti mata kuliah wajib, Moderate Islam.
Terdapat beberapa perbedaan pembelajaran di UIII dibandingkan dengan kampus-kampus agama lainnya, baik UIN, IAIN, atau STAIN. Perbedaan itu, antara lain pembelajaran di UIII mengintegrasikan metodologi ala Barat dan Timur Tengah.
Metodologi pembelajaran keagamaan ala Barat cenderung menekankan kontekstualitas. Sedangkan metodologi pembelajaran keagamaan ala Timteng lebih ke teks dan hafalan.
Oleh karena itu, dosen-dosen yang mengajar di UIII juga campuran. Dosen berasal dari Indonesia dengan pengalaman kuliah di Barat dan Timur Tengah.
Ada juga dosen tamu dari luar negeri dengan berbagai disiplin keilmuan. Selama lima tahun pertama, seluruh mahasiswa mendapatkan beasiswa.
Baca: Wapres Instruksikan UIII Buka Program Studi Khusus
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News