Guru Kimia SMA Plus Budi Utomo Makassar dan anak muridnya. Medcom.id/Renatha Swasty
Guru Kimia SMA Plus Budi Utomo Makassar dan anak muridnya. Medcom.id/Renatha Swasty

Buah Manis SMA Plus Budi Utomo Makassar 'Keras Kepala' Ikut Sekolah Penggerak

Renatha Swasty • 22 Juni 2022 17:35
Makassar: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus mendorong sekolah-sekolah menjadi Sekolah Penggerak. Melalui implementasi Sekolah Penggerak diharapkan siswa menjadi pelajar Pancasila.
 
Salah satunya diterapkan SMA Plus Budi Utomo Makassar. Sekolah swasta itu sudah setahun menerapkan program Sekolah Penggerak dan merasakan banyak perubahan pada siswa.
 
Kepala Sekolah SMA Plus Budi Utomo Makassar Dede Nurohim mengaku awalnya tidak mengetahui sama sekali soal Sekolah Penggerak. Dia baru tahu program itu dari salah satu gurunya, Andi Fahri.

Saat itu, Fahri merupakan calon Guru Penggerak. Dia sudah mengikuti berbagai macam lokakarya yang diadakan Kemendikbudristek.
 
"Tiba-tiba dibuka program Sekolah Penggerak. Pak Fahri bilang, 'Pak Dede, daftar Sekolah Penggerak. Saya Guru Penggerak, jadi sekolah harus Sekolah Penggerak," cerita Dede yang menerima rombongan Kemendikbudristek di kantornya, Rabu, 22 Juni 2022.
 
Awalnya, Dede masih ragu. Dia juga sempat menghubungi teman-teman kepala sekolah untuk mengajak ikut program Sekolah Penggerak. Namun, Dede ditolak mentah-mentah.
 
"Ternyata responsnya mereka itu rata-rata hampir negatif. 'Ngapain sih nyari pekerjaan aja, kita sudah repot banyak urusan, kita mau bikin lagi program nambah pekerjaan aja'. Rata-rata teman-teman kepsek seperti itu. Semua kepsek yang saya hubungi enggak ada yang ikut Sekolah Penggerak," beber Dede.
 
Mendapat tanggapan kurang enak membuat Dede tak lantas melupakan Sekolah Penggerak. Apalagi, dia selalu mendapat motivasi dari Arif.
 

Dede lalu mencari-cari informasi soal Sekolah Penggerak. Saat itu, program masih baru dan belum banyak informasi. Dede 'keras kepala' dan tetap mendaftar.
 
Dia tak mengira mengikuti Sekolah Penggerak memerlukan beragam tes. Dede mengaku awal-awal mesti mengikuti tes esai.
 
Kepala sekolah diminta menjawab ratusan pertanyaan. Pertanyaan tak bisa dijawab sembarangan sebab ada minimum karakter yang mesti dipenuhi.
 
"Tapi saya sih enggak menganggap sulit. Kenapa? Karena sebenarnya pertanyaan-pertanyaan itu terkait aktivitas dan pengalaman kita selaku kepsek. Kepemimpinan kita dalam manajerial, pembelajaran, saya sharing. Enggak sulit, cuma mau atau enggak melakukan itu," tutur Dede.
 
Buah Manis SMA Plus Budi Utomo Makassar Keras Kepala Ikut Sekolah Penggerak
Kepala Sekolah SMA Plus Budi Utomo Makassar Dede Nurohman. Medcom.id/Renatha Swasty
 
Dede dinyatakan lulus tes esai. Lalu, seleksi dilanjutkan dengan micro teaching.
 
Dia juga tak kesulitan lantaran memiliki backgroung seorang guru sehingga bisa mengajar dengan baik. Terakhir, tes wawancara.
 
Dede juga mengaku tak kesulitan lantaran wawancara merupakan hal-hal yang ditanyakan dalam esai.
 
"Jadi, kalau kerjakan esainya sendiri pasti bisa jawab. Kalau yang kerjakan orang lain ya belum tentu bisa jawab," kelakar Dede.
 

Setelah melalui proses panjang itu, SMA Plus Budi Utomo Makassar dipilih sebagai Sekolah Penggerak. Saat ini ada 16 Sekolah Penggerak di Sulawesi Selatan.
 
Sebanyak sembilan Sekolah Penggerak ada di Makassar. Rinciannya, lima sekolah swasta dan empat sekolah negeri.

Tak cuma materi

Penerapan pembelajaran di Sekolah Penggerak berbeda dengan sekolah umum lainnya. Di sini, sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka itu tak cuma mengejar materi.
 
Anak-anak diukur kemampuannya berdasarkan asesmen diagnostik, kognigtif, dan non kognitif. Adapula pemetaan latar belakang budaya, psikologis, dan keluarga.
 
Melalui indikator itu, pemberian materi pelajaran disesuaikan dengan kemampuan anak. Arif yang juga guru Kimia bercerita di kelasnya pemberian tugas pada murid diberikan berbeda-beda.
 
"Ada yang sukanya visual, bikin tugasnya berupa poster. Ada yang suka audio, bikin PPT pakai suara, ada yang kinestetik, bikin tugasnya bercerita," beber Arif.
 

Arif menyebut pemberian materi juga diberikan se-asyik mungkin. Dia menerapkan jeda istirahat bila melihat anak-anak sudah kelelahan.
 
Dede mengaku cara-cara ini membuat motivasi belajar makin meningkat. Bahkan, tingkat kehadiran di kelas turut meningkat.
 
"Motivasi anak-anak tinggi. Dulu sering ada ketidakhadrian, sekarang 95 persen aktif paling tidak hadir karena sakit, setiap hari motivasi mereka belajar sangat tinggi," beber Dede.
 
Hal itu juga diakui siswa Kelas X peminatan Kimia, Biologi, dan Sosiologi, Kirana Frizky Amelia. Dia mengaku sangat senang belajar Kimia meskipun bukan pelajaran yang mudah.
 
"Seru kalau Pak Fahri yang ngajar," beber Kirana.
 
Siswa juga didorong menjadi agen perubahan. SMA Plus Budi Utomo memilih 20 orang sebagai agen perubahan khususnya untuk kekerasan di sekolah. Mereka bertugas mengampanyekan soal anti bullying.
 
Tak cuma itu, siswa juga disiapkan bisa bermanfaat bagi masyarakat. Dede mengaku tak semua siswa di sekolahnya bisa melanjutkan jenjang perguruan tinggi selepas SMA.
 
Namun, pihaknya menyiapkan sejumlah kegiatan bagi siswa seperti menjahit. "Itu ada sertifikatnya dari Kementerian Ketenagakerjaan yang bernilai tinggi. Jadi, mereka bisa bermanfaat buat masyarakat," beber dia.
 
Dede senang keputusannya mengikuti Sekolah Penggerak berbuah manis. Apalagi, visi misi Sekolah Penggerak sama dengan Yayasannya sebagai boarding school (pesantren), yakni pembangunan karakter.
 
"Sebelumnya indikator harus tercapai, bisa enggak bisa harus ikutin. Siswa stres, beban berat menyelesaikan tugas sehingga dipaksakan di level itu. Di Kurikulum Merdeka kita melihat setelah asesmen pemetaan potensi, pembelajaran berdasarkan fase. Peserta didik lebih fleksibel, guru harus memberikan pembelajaran sesuai kebutuhan peserta didik," beber Dede.
 
Baca: Fantastis! 140 Ribu Sekolah Mendaftar untuk Menerapkan Kurikulum Merdeka
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan