Dede lalu mencari-cari informasi soal Sekolah Penggerak. Saat itu, program masih baru dan belum banyak informasi. Dede 'keras kepala' dan tetap mendaftar.
Dia tak mengira mengikuti Sekolah Penggerak memerlukan beragam tes. Dede mengaku awal-awal mesti mengikuti tes esai.
Kepala sekolah diminta menjawab ratusan pertanyaan. Pertanyaan tak bisa dijawab sembarangan sebab ada minimum karakter yang mesti dipenuhi.
"Tapi saya sih enggak menganggap sulit. Kenapa? Karena sebenarnya pertanyaan-pertanyaan itu terkait aktivitas dan pengalaman kita selaku kepsek. Kepemimpinan kita dalam manajerial, pembelajaran, saya sharing. Enggak sulit, cuma mau atau enggak melakukan itu," tutur Dede.

Kepala Sekolah SMA Plus Budi Utomo Makassar Dede Nurohman. Medcom.id/Renatha Swasty
Dede dinyatakan lulus tes esai. Lalu, seleksi dilanjutkan dengan micro teaching.
Dia juga tak kesulitan lantaran memiliki backgroung seorang guru sehingga bisa mengajar dengan baik. Terakhir, tes wawancara.
Dede juga mengaku tak kesulitan lantaran wawancara merupakan hal-hal yang ditanyakan dalam esai.
"Jadi, kalau kerjakan esainya sendiri pasti bisa jawab. Kalau yang kerjakan orang lain ya belum tentu bisa jawab," kelakar Dede.