"Bahaya ikutan pada hakikatnya merupakan bahaya yang dapat muncul yang diakibatkan oleh kejadian bahaya utama. Pergerakan tanah atau longsoran ini cukup unik karena terjadi di morfologi bukit yang terisolasi,” papar Imam dikutip dari laman itb.ac.id, Senin, 18 Maret 2024.
Morfologi berupa bukit yang dilingkupi oleh lereng-lereng di sekelilingnya dan dengan keberadaan permukiman di dalamnya dapat meningkatkan risiko bagi penduduk yang tinggal di wilayah tersebut. Terlebih lagi pada bagian selatan dari wilayah permukiman tersebut terdapat Sungai Cidadap yang melintang.
Kondisi ini menyebabkan potensi bahaya pergerakan tanah akan lebih besar. Apabila tanah bergerak terus-menerus dan terjadi longsoran lagi, aliran Sungai Cidadap dapat terbendung.
Imam menuturkan terdapat dua hal yang menyebabkan longsoran terjadi, yakni faktor pengontrol dan faktor pemicu. Faktor pengontrol umumnya berkaitan dengan kejadian-kejadian yang berlangsung relatif dalam jangka panjang, seperti pelapukan, erosi, dan perubahan tata guna lahan.
Sementara itu, faktor pemicu berkaitan dengan kejadian-kejadian jangka pendek atau bahkan seketika seperti hujan ekstrem dan gempa bumi. Imam menyebut wilayah Kabupaten Bandung Barat merupakan wilayah dengan potensi terjadinya longsoran tinggi hingga sangat tinggi.
Hal ini disebabkan oleh kondisi geologis yang sebagian besar terdiri atas perbukitan dan pegunungan, serta karakteristik tanah dengan pelapukan yang cukup tebal. Pada beberapa bagian juga terdapat jenis-jenis batuan yang memiliki karakteristik relatif mudah mengalami penurunan kekuatan dan mudah berperan sebagai bidang gelincir, seperti batu lempung dan batu lanau.
Terjadinya hujan dengan intensitas tinggi di bulan Februari juga dapat memicu terjadinya longsoran di daerah tersebut. Vera Sadarviana, dari kelompok keahlian Sains Rekayasa dan Inovasi Geodesi mengatakan citra satelit yang diambil di wilayah tersebut pada 2020 menunjukkan kemungkinan bencana ini akan terjadi.
“Data citra satelit yang diambil pada tahun 2020 menunjukkan morfologi menyerupai gundukan di bagian kaki longsoran. Perubahan elevasi yang membentuk gundukan ini mencirikan indikasi proses terjadinya longsoran, yang biasanya dibarengi oleh adanya indikasi penurunan elevasi di bagian kepala longsoran,” jelas dia.
Kemudian, terdapat juga area terbuka yang tidak tertutup oleh vegetasi di bagian puncak bukit yang dapat menjadi perhatian. “Fenomena ini dapat dipelajari lebih lanjut karena vegetasi dapat memainkan peran penting dalam proses infiltrasi air hujan (fungsi hidrologis),” ujar Imam.
Dia mengatakan pergerakan tanah atau longsoran merupakan fenomena yang bersifat global atau dapat dijumpai di berbagai belahan dunia dan umumnya memiliki ciri unik untuk setiap tempat kejadiannya. Imam mengatakan tidak ada obat generik untuk mitigasi bahaya longsoran.
Sehingga, untuk mengetahui kemungkinan terjadinya longsoran di suatu wilayah tertentu, perlu dilakukan kajian secara seksama terkait faktor-faktor penyebabnya. Biasanya, diawali dengan melakukan zonasi potensi terjadinya longsoran (landslide susceptibility) berdasarkan penilaian berbagai faktor-faktor penyebabnya. Kemudian, dilakukan kajian terkait tingkat kestabilan lereng berdasarkan nilai faktor keamanannya (safety factor).
"Dengan mempertimbangkan geometri lereng, kekuatan geser material pembentuk lereng, beserta gaya-gaya lain yang ada dalam sistem lereng, untuk menentukan apakah lereng tersebut stabil atau tidak,” ujar dia.
Imam menekankan penting bagi masyarakat untuk bisa memahami gejala-gejala alam yang ada. Mengingat, masih ada potensi terjadinya longsoran susulan dan bahaya ikutan lainnya berupa tertutupnya aliran Sungai Cidadap, yang dapat meluap dan menyebabkan banjir di sekitar bantaran sungai tersebut.
Baca juga: Menyingkap Kosmologi Supernova Lewat Teleskop Nancy Grace Roman |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id