Staf Ahli Menteri Bidang Energi pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Haruni Krisnawati, mengatakan forum ini bermanfaat untuk memperkuat pemahaman pemimpin perempuan Indonesia tentang sustainability atau keberlanjutan.
“Keberlanjutan adalah isu penting bagi dunia usaha dan organisasi mana pun, bahkan menjadi perhatian dunia lewat Sustainability Development Goals (SDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Oleh karena itu, sosialisasi UI tentang pemahaman penerapan sustainability akan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat,” ujar Haruni dalam keterangan tertulis, Kamis, 30 Mei 2024.
Saat ini, pemerintah Indonesia telah mendorong pembangunan berkelanjutan dengan memberikan kemudahan bagi usaha yang mengedepankan aspek keberlanjutan atau kelestarian lingkungan. Salah satunya melalui penyempurnaan tiga Undang-Undang yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan kehutanan, yakni Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, serta Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Kerusakan Hutan.
Selain itu, pemerintah juga mendorong penerapan ekonomi hijau dalam industri keuangan, termasuk mendukung program keuangan berkelanjutan yang diinisiasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Upaya keberlanjutan dan kelestarian lingkungan membutuhkan peran dari seluruh pihak, termasuk perempuan.
Sekretaris Universitas UI, Agustin Kusumayati, mengatakan perempuan memegang peran penting dalam keberlanjutan. Mulai dari lingkup terkecil, yakni rumah tangga hingga tingkat tertinggi di pemerintahan.
Dalam lingkup rumah tangga, ia memberi contoh kelestarian lingkungan dapat terwujud bila anggota keluarga bijak dalam penggunaan air dan listrik serta pandai memilah dan mengelola sampah.
Sementara itu, dalam lingkup tertinggi, yakni pemerintahan, pemimpin perempuan banyak menampilkan karakteristik kepemimpinan transformasional. Seperti menunjukkan compassion, kepekaan dan kebaikan, serta meningkatkan komunikasi, rasa saling percaya, dan kolaborasi tim.
Hal ini karena perempuan secara natural terlatih mengambil keputusan demi kebaikan orang-orang di sekitarnya. Kehidupan yang dibawa saat mengandung juga melatih perempuan untuk berpikir menjaga keberlangsungan hidup dan menjadikannya berkualitas.
Dia menyebut perempuan akan menjadi guru kehidupan pertama bagi anak. Pendidikan yang layak pada perempuan mendorong pengembangan karakter serta membuka kesempatan memperoleh kualitas hidup yang lebih baik.
"Karena itu, perempuan turut berperan dalam rencana pembangunan pemerintah, yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Selain itu, beberapa poin dalam SDGs juga mendukung upaya pemenuhan hak-hak perempuan, kesetaraan dan keadilan gender, serta pengarusutamaan gender dalam pembangunan,” papar Agustin.
Perempuan memang menempati posisi krusial dalam pembangunan berkelanjutan karena jumlah perempuan Indonesia hampir setengah dari total penduduk. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (Februari 2023), jumlah perempuan Indonesia sebanyak 136,3 juta dari total penduduk 275,7 juta.
Indonesia juga memiliki jumlah pemimpin perempuan terbanyak keempat di dunia berdasarkan International Grant Thornton Business Report 2020. Bahkan, Kementerian BUMN menargetkan 25 persen perempuan menempati posisi pemimpin puncak di BUMN di 2023 (srikandibumn.org).
Chairwoman UI LDC, Cut Saskia Rachman, menyebut kondisi tersebut mendorong UI memberikan pendidikan, pengayaan, dan pelatihan bagi perempuan. Sebab, keputusan-keputusan penting yang berdampak bagi khalayak banyak ditentukan oleh perempuan.
“Indonesia Women Leaders Forum 2024 yang diselenggarakan selama dua hari bertujuan untuk memperluas wawasan, menginspirasi dan memperkuat nilai-nilai kepemimpinan, memperkuat jejaring, serta membangun kolaborasi para perempuan pemimpin. Forum kali kedua ini menghadirkan narasumber terbaik di bidangnya untuk memberikan pengalaman dan inspirasi bagi para peserta forum,” tutur dia.
Baca juga: Indonesia Tekankan Pentingnya Inovasi Digital untuk Atasi Paradoks SDGs |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News