"Hasilnya dari inovasi mereka ini kami jadikan best practices, karena pengalaman tahun lalu banyak inovasi-inovasi yang mereka hasilkan dan banyak kreativitas yang mereka buat cukup baik," kata Direktur Jenderal (Dirjen) GTK Kemendikbud, Supriano di Gedung Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Senin, 12 Agustus 2019.
Supriano mengatakan, hasil inovasi tersebut akan didiseminasikan melalui program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP). Ia juga mengatakan pada tahun ini ada perubahan dalam sistem pelatihan dari yang dulunya berada di pusat menjadi berbasis zona.
Sistem pelatihan tersebut kata Supriano menggunakan sistem 5 in 3 on. Sistem tersebut kata mantan direktur pembinaan SMK Kemendikbud ini bakal digalakkan. Mengingat selama ini tidak ada pengawasan terhadap tindak lanjut hasil pelatihan.
"Ini yang sekarang kami galakkan, jadi selama ini tingkat pusat, mereka begitu selesai siapa yang menjamin mereka kembali ke sekolah benar-benar dilaksanakan, siapa juga yang menjamin KI KD (Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar) itu berjalan," jelasnya.
Supriano menjelaskan, sistem 5 in dan 3 on. In pertama adalah refleksi. Terdapat dua sumber refleksi. Pertama internal melihat masalah internal. "Ini yang namanya pelatihan dengan sistem supervisi klinis, jadi pelatihan ini ketika mereka in pertama kumpul, melihat masalah apa yang sekolah alami di zona," ucapnya.
Sumber kedua melihat hasil Ujian Nasional (Unas). Semua mata pelajaran yang diujikan di telaah dan diskusikan. Dengan lebih tepat sasaran apa yang menjadi kekurangan.
"Misalnya dulu matematika semua materi, matematika ini di SMP masalahnya apa, dilihat lagi tentang apa, geometrik? dasar pelatihan digunakan untuk kompetensi pembelajaran," terangnya.
Setelah in 1 selesai lanjut Supriano, masuk ke In 2 yakni membuat RPP, kemudian masuk On 1 melakukan pengajaran di kelas, evaluasi dan diskusi. Pada In 3 dilakukan perbaikan dari hasil On 1.
Baca: Pemilihan Guru dan Tenaga Pendidikan Berprestasi Kembali Digelar
Masuk lagi On 2, ada masalah didiskusikan pada In 4, begitu In 4 diperbaiki lagi pembelajarannya dan diskusi bersama masuk on 3. On 3 selesai, masuk In 5. Nantinya di In 5 akan ditulis sebagai best practice-nya.
"Ini model pelatihan yang kami lakukan sekarang, pertama 5 in 3 on, berkelanjutan totalnya 24 jam," ucapnya.
Suprianno mengungkapkan, hasil inovasi guru dan tenaga kerja kependidikan berprestasi akan menjadi best practices untuk didiseminasikan di zona-zona dengan sistem berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
"Ini perubahan, kami mendorong kepada guru tenaga kependidikan untuk melakukan inovasi agar bisa disebarkan melalui pelatihan berikutnya," ujarnya.
Gelaran Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi akan dilaksanakan pada 13-16 Agustus 2019. Tercatat sebanyak 694 peserta dari 34 provinsi ambil bagian. Peserta terdiri dari unsur guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan yang merupakan hasil seleksi berjenjang dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, kemudian nasional.
Pada tahun ini mata lomba dibagi menjadi 28 kategori. Kategori tersebut memisahkan tiap jabatan fungsional dan jenjang pendidikan.
“Jadi akan ada kategori Guru, Kepala Sekolah, Pengawas jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK, Berprestasi, sesuai fungsi dan jenjang pendidikannya. Termasuk Guru Berprestasi Sekolah Luar Biasa dan sekolah inklusi lain,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News