Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud, Supriano mengatakan, keteladanan guru dan tenaga kependidikan bagi murid dan lingkungannya, merupakan kunci sukses dalam pencerdasan kehidupan bangsa. Karena itu di tengah fokus pemerintah untuk membangun kualitas SDM, langkah-langkah meningkatkan guru dan tenaga kependidikan juga harus terus dipacu.
“Karena guru yang berprestasi dan berdedikasi, bisa menjadi contoh dan teladan bagi murid dan lingkungan ekosistem pendidikannya,” kata Supriano, di Gedung Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Senin. 12 Agustus 2019.
Gelaran yang dilaksanakan mulai 13-16 Agustus 2019 ini diikuti 694 orang Guru dan Tenaga Kependidikan dari 34 provinsi. Peserta terdiri dari unsur guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan.
Para peserta ini merupakan hasil seleksi berjenjang dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, kemudian nasional. Tercatat, untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) jumlahnya 111 peserta, sementara Pendidikan Dasar 113. Untuk Pendidikan menengah 163 peserta dan tenaga pendidik 307 peserta.
Pada tahun ini mata lomba dibagi menjadi 28 kategori. Kategori tersebut memisahkan tiap jabatan fungsional dan jenjang pendidikan.
“Jadi akan ada kategori Guru, Kepala Sekolah, Pengawas jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK, Berprestasi, sesuai fungsi dan jenjang pendidikannya. Termasuk Guru Berprestasi Sekolah Luar Biasa dan sekolah inklusi lain,” jelasnya.
Untuk menilai guru berprestasi, Kemendikbud, kata Ono pangilan akrab Supriono, tidak hanya fokus pada kompetensi teknis dan akademis. Tetapi ada tiga kompetensi lain yaitu sosial, profesionalitas, dan wawasan kependidikan, juga akan dinilai.
Baca: 117 Guru dan Tendik Diganjar Penghargaan
Uji kemampuan tersebut juga tak hanya dilakukan monoton melalui tes tertulis. Dalam beberapa rangkaian kegiatan para guru dan tenaga kependidikan juga diminta membuat video aktivitasnya selama mengajar di sekolah untuk diunggah secara daring.
“Selain itu, ada juga aktivitas permainan dan tugas kelompok,” ucapnya.
Hal tersebut penting, kata Ono, karena para guru di lapangan tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan hafalan. Tapi juga harus mampu memicu diskusi dan melakukan transfer ilmu pengetahuan dengan cara-cara yang kritis sekaligus menyenangkan.
“Dari aktivitas yang beragam, akan kelihatan kemampuan para guru bekerja sama, berkomunikasi, pemecahan masalah, dan literasi digital. Termasuk kedalaman pemahamannya terkait kebijakan pendidikan, perundang-undangan pendidikan, sampai rasa nasionalisme, dan cinta Tanah Air,” ujarnya.
Nantinya akan ditentukan pemenang juara I, II, dan III untuk semua kategori lomba. Setiap juara 1,2, dan 3, masing-masing memperoleh hadiah Rp20 juta, Rp15 juta, dan Rp10 juta rupiah.
Bagi seluruh peserta yang tidak memperoleh juara, juga akan diberikan apresiasi berupa imbalan prestasi senilai Rp3 juta, karena berstatus sebagai finalis. “Sebagai hasil seleksi berjenjang, satu provinsi, di tiap kategori mengirim satu orang. Artinya yang ikut Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi besok adalah finalis dan juara dari daerahnya masing-masing,” imbuhnya.
Selain mengapresiasi guru dengan kompetensi komplit layaknya dijabarkan di atas, terdapat pula kategori guru berdedikasi di daerah khusus. Mereka yang tergabung dalam kategori ini adalah guru yang menjalankan peran dan fungsinya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
“Kami menyebut kategori ini sebagai daerah khusus. Dalam kategori ini yang dinilai bukan sekadar prestasi, kemudian juga ketegori berdedikasi, dimana para guru yang mengabdi di daerah 3T mendapat apresiasi dari negara,” ungkapnya.
Karena sifatnya sebagai kategori khusus dan menekankan apresiasi Pemerintah pada pengabdian para guru. maka aspek penilaian kategori ini dibuat berbeda. Para guru hanya perlu mengumpulkan dokumen dedikasi dan profil pengabdian.
“Penilaian akan dilakukan lewat presentasi para guru menjabarkan pengalaman kerjanya di lapangan,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News