Handoko yakin Tim Deputi Infrastruktur BRIN sudah berpengalaman mengadakan, memelihara, mengoperasionalkan bertahan peralatan riset, mulai dari kapal, pesawat sampai dengan beragam electron microscope. Tim juga sudah melakukan inventarisasi dan mitigasi setiap jenis alat di Eijkman sejak tahun lalu.
Sementara itu, di proses manajemen baru, seluruh infrastruktur riset dikelola terpusat oleh Deputi Infrastruktur. Sehingga periset bisa fokus ke riset dan tidak dibebani dengan hal lain di luar riset.
Dia juga memastikan seluruh alat bisa dibuka sebagai sumber daya bersama. Sehingga utilisasi meningkat dan memfasilitasi seluruh pihak termasuk kampus dan industri, tentu dengan SOP tertentu.
Handoko menuturkan manajemen open platform ini sudah diimplementasikan sejak 2018 di LIPI. Sehingga, tim yang menangani pemindahan alat laboratorium dipastikan sudah sangat berpengalaman.
BRIN dan RSCM juga telah bersepakat berkolaborasi dengan skema PKR (Pusat Kolaborasi Riset) BRIN. Info lebih lengkap terkait skema PKR ada di https://pendanaan-risnov.brin.go.id.
“Kemungkinan akan ada beberapa PKR BRIN-RSCM, di antaranya untuk Forensik Genetika dan lainnya. Dengan demikian, BRIN tetap dapat mendukung dalam bentuk pembiayaan dan infrastruktur, meski gedung dikelola RSCM,” tutur dia.
Hal ini, kata dia, juga akan membantu peningkatan dinamika riset berbasis layanan kesehatan. Sebab, RSCM berpengalaman melakukan studi klinis dan tersedia sampel pasien secara kontinu.
Baca: Kepala BRIN Luruskan Soal Isu Anggaran Riset 'Cuma' Rp272 Miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News