Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI), Mahdi Jufri mengatakan, bahwa saat ini sebagian besar dosen dan tenaga administrasi UI telah melakukan vaksinasi. Menurutnya, vaksin di Indonesia dikontrol oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sehingga tentu sudah dilaksanakan uji klinis serta keamanan dari vaksin Covid-19 ini.
“Tidak mungkin jika tidak aman dan dapat beredar. Masyarakat jangan khawatir, juga disarankan untuk tidak mudah percaya pada hoaks tentang vaksin Covid-19.,” ujar Mahdi dalam Diskusi publik bertajuk “Vaksinasi Covid-19: Apakah Keamanannya Terjamin?”, Jumat, 28 Mei 2021.
Direktur Registrasi Obat dan Juru Bicara Covid-19 BPOM, Lucia Rizka Andalusia menjelaskan, bahwa pihaknya terus melakukan pengawasan yang ketat terhadap vaksin untuk menjamin mutu, khasiat, dan keamanannya. Hal ini dibuktikan melalui pengawasan dari tahap pre-market hingga tahap post-market terhadap vaksin Covid-19.
Selain itu, pada kondisi darurat seperti pandemi Covid-19, BPOM RI juga memberikan Emergency Use Authorization (EUA) melalui kriteria-kriteria penting yang harus dipenuhi. Tim BPOM bersama Komnas Penilai Khusus Vaksin Covid-19 mempertimbangkan manfaat pemberian vaksin pada seseorang harus lebih besar daripada risiko yang terjadi jika yang bersangkutan tidak divaksinasi.
Baca juga: 75% Guru di Kulon Progo Disebut Sudah Disuntik Vaksin Covid-19
BPOM juga melakukan pengawasan keamanan vaksin melalui farmakovigilans berupa aktivitas surveilans Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Melalui pemaparan materi ini, seluruh elemen masyarakat diimbau untuk mempercayai kredibilitas BPOM dalam mengawasi keamanan vaksin Covid-19.
Kolaborator ahli Lapor Covid-19, Panji Hadisoemarto memaparkan tentang “Fakta Lapangan Vaksinasi Covid-19”. Ia menjelaskan, bahwa sejatinya tidak ada vaksin yang 100 persen aman.
Tetapi yang patut dipertimbangkan adalah seberapa berat dan seberapa sering efek samping dari suatu vaksin itu terjadi. Selain itu, vaksinasi juga dibandingkan dengan kondisi pasien apabila tidak diberikan vaksin justru mengalami penyakit covid-19 yang sangat berat dengan tingkat kematian yang tinggi.
Berdasarkan data Randomized Controlled Trial yang dipaparkan oleh Panji, ditemukan bahwa hanya gejala apapun yang timbul pasca vaksinasi dan nyeri pada tempat penyuntikan yang memiliki hubungan signifikan secara statistik. Pada kasus efek samping Guillain Barre Syndrome, Panji menyebutkan bahwa tidak ada mekanisme biologis dari Guillain Barre Syndrome dan vaksin covid-19 sehingga penyebab efek samping perlu untuk ditelusuri lebih lanjut.
Melalui sesi pemaparan materi ini, mahasiswa kesehatan diimbau untuk menyampaikan kepada publik tentang kompleksitas keamanan vaksin dan meyakinkan masyarakat agar dapat memiliki persepsi yang benar terkait vaksin Covid-19.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News