Potret gajah saat membantu evakuasi reruntuhan yang tidak dapat diangkat oleh tenaga manusia saat tsunami Aceh di Museum Tsunami Aceh. Medcom.id/Renatha Swasty
Potret gajah saat membantu evakuasi reruntuhan yang tidak dapat diangkat oleh tenaga manusia saat tsunami Aceh di Museum Tsunami Aceh. Medcom.id/Renatha Swasty

Gajah, Sang Penolong yang Terlupakan di Tsunami Aceh

Renatha Swasty • 21 Desember 2024 08:08
Jakarta: Dua puluh tahun lalu tepatnya pada 26 Desember 2004, tsunami meluluhlantakan Aceh. Gempa dengan magnitudo 9,3 menyebabkan serangkaian tsunami dahsyat di sepanjang daratan yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia.
 
Aceh menjadi daerah yang terkena dampak paling parah selain Sri Lanka, Thailand, dan India. Pagi itu sekitar pukul 07.58, air laut menyapu segala sesuatu di daratan setelah gempa besar terjadi.
 
Setelahnya, hanya ada puing-puing dan mayat yang tersisa dari gempa dan tsunami itu. Tak membutuhkan waktu lama, dunia tertuju pada Aceh.

Negara-negara di dunia berbondong menawarkan bantuan untuk evakuasi korban. Namun, kondisi tak memungkinkan bantuan segera sampai karena akses yang sulit dicapai.
 
Di tengah keterbatasan tenaga manusia untuk mengangkat puing dan kejaran waktu kalau-kalau ada korban selamat di runtuhan bangunan, secercah harapan datang dari gajah. Jauh sebelum alat berat masuk dan bantuan internasional tiba, gajah Sumatera membantu proses evakuasi.
 
"Dimanfaatkan gajah ini karena menunggu alat berat dari daerah lain lama pada saat itu," beber Edukator Museum Tsunami, Armila Yanti, saat dihubungi Medcom.id, Senin, 16 Desember 2024.
 
Baca juga: Monumen PLTD Apung, Wisata Ikonik Saksi Bisu Kedahsyatan Tsunami Aceh
 

Gajah Sang Penolong

Gajah telah menjadi bagian di dalam kehidupan masyarakat sejak dulu hingga sekarang. Sejak berabad-abad lalu, gajah digunakan untuk membantu dalam perang.
 
Gajah kerap dijadikan pasukan perang pada zaman dulu. Sebab, gajah dapat melakukan penyerangan dengan kecepatan sekitar 30 km/jam.
 
Gajah memiliki kemampuan mengingat 25 perintah dan patuh pada aba-aba. Gajah juga mampu mendengar panggilan berjarak 10 km dengan gelombang infrasonik sehingga digunakan dalam perang.
 
Tak sampai di situ, gajah dikenal pula sebagai hewan untuk alat transportasi dan alat angkut. Ini lantaran gajah merupakan perenang andal.
 
Gajah dapat mengapung dan berenang selama enam jam dan menempuh jarak hingga 50 km dalam sehari. Kedekatan gajah dan manusia itu mendorong evakuasi tsunami di Aceh memanfaatkan gajah Sumatera.
 
Gajah, Sang Penolong yang Terlupakan di Tsunami Aceh
Replika saat gajah membantu evakuasi tsunami Aceh di pamerah temporer Gajah di Museum Tsunami Aceh. Medcom.id/Renatha Swasty
 
Sebanyak tujuh ekor gajah diturunkan saat pembersihan area tsunami. Sebanyak tiga gajah di antaranya paling aktif membantu, yaitu Midok, Lia, dan Amoy.
 
Gajah-gajah ini dipakaikan sepatu pada tapak kakinya. Ini bertujuan untuk kelancaran dan mengurangi risiko dalam pekerjaannya karena melewati medan yang sangat rumit dan terjal.
 
Midok, yang saat itu berusia 20-an paling menonjol dalam membantu evakuasi. Dia adalah gajah latih dari Conservation Response Unit (CRU) Saree, Aceh Besar.
 
Selama evakuasi tsunami, Midok banyak membantu membersihkan jalan dan mengangkat pohon tumbang sebelum alat berat tiba.

Terus mengingat pertolongan gajah

Sayangnya, peran besar gajah dalam evakuasi tsunami Aceh kerap terlupakan. Orang akan lebih mudah mengingat bantuan dari 53 negara terhadap Aceh pada masa sulit itu.
 
Untuk terus mengingat peran gajah di tsunami Aceh, Museum Tsunami Aceh menggelar pameran temporer Gajah.
 
"Banyak yang lupa akan kehadiran gajah pada saat itu dan kurangnya info tentang gajah ini. Dengan ada pameran gajah, masyarakat dan generasi muda lebih tertarik," kata Armila.
 
Pihak museum menyediakan berbagai informasi soal gajah saat proses evakuasi tsunami Aceh hingga pasca bencana. Pengunjung dapat menikmati info lewat kemasan neon box, video sparkol, dan foto-foto gajah setelah tsunami.
 
Pengunjung juga dibawa merasakan suasana evakuasi tsunami 20 tahun lalu lewat replika pecahan bangunan dan gajah yang membantu evakuasi. Dua puluh tahun berlalu, namun peran gajah masih tersisa hingga kini.
 
Antuasias pengunjung sangat besar melihat pameran. Armila mengaku banyak masyarakat tertarik untuk mendalami lebih jauh soal peran gajah semasa evakuasi tsunami.
 
Gajah, Sang Penolong yang Terlupakan di Tsunami Aceh
Replika saat gajah membantu evakuasi tsunami Aceh di pamerah temporer Gajah di Museum Tsunami Aceh. Medcom.id/Renatha Swasty
 
Hal ini juga dimanfaatkan pihak museum agar masyarakat mempelajari lebih dalam lagi soal kesiapsiagaan bencana. "Harapannya generasi muda lebih memikat minatnya berkunjung dan bisa mempelajari bagaimana akan kesiapsiagaan akan bencana melalui pameran yang membuat mereka tertarik," tutur Armila.
 
Saat ini, gajah-gajah yang membantu evakuasi ada yang sudah tewas karena usia dan faktor lainnya. Midok sendiri saat ini berusia 40 tahun.
 
Midok tumbuh makin sehat dan besar. Dia juga hidup bercampur tidak hanya dengan gajah Sumatera tapi juga gajah Thailand di konservasi.
 
Penting bagi kita untuk selalu mengingat peran gajah di tsunami Aceh agar selalu bersama menjaga keberadaannya yang bisa jadi suatu waktu membantu manusia dari dahsyatnya bencana dan sebagai satu-satunya pertolongan. 
 

Baca juag: Ziarah tak Berujung di Kuburan Massal Tsunami Ulee Lheue 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan