Diaspora Indonesia di Jepang, Pitoyo Hartono, menyatakan dalam merancang AI peneliti justru belajar dari alam. Termasuk, melihat kebutuhan alam.
"Dan dalam prosesnya pembuatan robot bisa dipelajari dari alam. Alam memberikan petunjuk dalam hal-hal kompleks yang harus diselesaikan dengan cepat," kata Pitoyo dalam webinar BRIN dikutip Kamis, 31 Agustus 2023.
Peneliti di School of Engineering Chukyo University dan Institut for Human Robot Co-Creation, Waseda University itu mengatakan penelitian AI dalam konteks alam juga dia lakukan. Misalnya, ia memperhatikan semut yang sejatinya tidak cerdas dan memiliki mata rabun.
"Tapi semut kuat dalam koloni dan akhirnya menunjukkan kecerdasannya, misal dalam membuat sarang. Ini pula yang mendasari perancangan AI. Robot yang tidak tertanam AI tentu tidak memiliki kemampuan. Tapi dengan koloni, dengan penelitian, memasukkan banyak hal, memberi berbagai teknologi robot menjadi sangat hebat," papar dia.
Selain itu, semut memilih jalan yang telah dilalui oleh semut lain. Semut mengeluarkan zat feromon yang bisa tercium oleh semut lain sebagai petunjuk arah.
“Dengan prosedur yang sangat sederhana ini memberi petunjuk bagi saya untuk menciptakan fenomena kompleks, tidak perlu sistem yang kompleks juga. Kita cuma butuh prosedur yang sederhana secara interaktif. Ini memberikan petunjuk, sesuatu dapat dipelajari dengan sendirinya melalui data yang telah tersimpan,” kata dia.
| Baca juga: Napak Tilas AI Sejak Tahun 1956 |
Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
