Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir mengatakan, pemerintah sudah meningkatkan jumlah beasiswa Bidikmisi untuk mahasiswa baru. Mulai dari 90 ribu beasiswa untuk tahun 2018 lalu, hingga menjadi 130 ribu beasiswa pada 2019 ini.
Salah satu faktor kenaikan jumlah penerima beasiswa Bidikmisi ini adalah kinerja pencapaian para penerima Bidikmisi. Pemerintah merasa puas dengan lulusan Bidikmisi yang banyak sukses di dunia pekerjaan.
"Yang gagal (lulus) hanya 1 persen dari program Bidikmisi, 99% berhasil lulus," terang Nasir di Jakarta, Senin, 8 April 2019.
Baca: 24% Penerima Bidikmisi Dapat Kerja Sebelum Lulus
Dengan semangat dan kepiawaian mereka belajar hingga membuahkan hasil tentu saja bukanlah hal yang mudah. Terlebih dengan meraih IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang di atas rata-rata kemampuan siswa pada umumnya.
"Sebagai contoh di Universitas Jember, ada anak-anak Bidikmisi yang IPK-nya 3,95. Anak Teknik Sipil yang IPK-nya 3,98. Hal ini tidak mudah, untuk mendapatkan IPK di atas 3.0. Di rumpun sosial juga ada IPK yang 4.0," papar Nasir.
Ia menuturkan, kunci keberhasilan siswa penerima Bidikmisi yaitu terletak pada kesabaran mereka. Terutama dalam menghadapi tantangan yang dihadapi disaat perguruan tinggi dan di dunia kerja nanti.
"Dengan adanya program beasiswa ini, daya tahan mereka sangat tinggi. Walaupun mereka biasa hidup kurang mampu, tetapi hal ini memberikan nilai positif karena otomatis membangun karakter daya juang yang tangguh dan keras. Sehingga jika mendapatkan umpan sedikit, mereka bisa berlari dengan cepat," terangnya.
Nasir menambahkan, seseorang dengan derajat pendidikan yang tinggi, secara ekonomi juga berpotensi akan terangkat. Selama ini masyakarat berkutat dalam lingkar kemiskinan, salah satunya karena rendahnya pendidikan yang diraih.
"Kalau seseorang semakin pintar, pasti dia akan mampu menggerakkan ekonomi. Economic capacity and analysis-nya pasti akan lebih baik," kata Nasir.
Tak dimungkiri saat ini gelar pendidikan yang tinggi masih menjadi tolak ukur seseorang mendapatkan pekerjaan yang layak dan profesional. Karena banyak perusahaan menilai dengan gelar tinggi, mereka dinilai lebih memiliki skill dan keterampilan.
"Sumber daya manusia (SDM) yang memiliiki pendidikan lebih baik akan menerima tantangan global dan beradaptasi dengan lebih mudah," ujar mantan rektor terpilih Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News