Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim. DOK Medcom
Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim. DOK Medcom

Nadiem Tinggalkan Skor PISA Jeblok, P2G: Jadi Beban yang Digendong Abdul Mu'ti

Ilham Pratama Putra • 17 Oktober 2024 15:39
Jakarta: Presiden RI Terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto memilih Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menakhodai Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Abdul disebut ditinggalkan beban berat oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, salah satunya skor Programme for International Student Assessment (PISA) yang jeblok di tahun 2022.
 
"Ini memang menjadi beban ya peninggalan dari Nadiem Makarim," kata Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim kepada Medcom.id, Kamis, 17 Oktober 2024.
 
Satriwan menyebut skor PISA Indonesia dalam 18 tahun terakhir memang stagnan. Namun, di Era Nadiem skor PISA makin merosot.

"2022 skornya makin jeblok. Nah ini menjadi indikator bahwa kualitas pendidikan kita, mutu pendidikan kita itu justru makin jatuh gitu ya," ujar dia.
 
Satriwan menekankan hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) yang baru. "Ini tentu mesti diperbaiki oleh kepemimpinan Mu'ti," ujar dia.
 
Skor PISA Indonesia pada 2018 untuk kemampuan membaca sebesar 371, sedangkan pada 2022 menurun menjadi 359. Selanjutnya, skor matematika di 2018 sebesar 379 turun menjadi 366 di 2022 dan skor kemampuan sains turun dari 379 pada 2018 menjadi 366 di tahun 2022.
 
Sementara itu, ranking PISA Indonesia untuk membaca pada 2018 ada di posisi 74 dan menjadi ranking 71 di 2022. Ranking matematika naik dari 73 pada 2018 menjadi ranking 70 di 2022.
 
Pada ranking literasi sains, Indonesia menempati ranking 71 pada 2018 dan menempati ranking 67 pada tahun 2022. PISA 2018 diiktui 79 negara, sedangkan PISA 2022 diikuti 81 negara yang terdiri dari 37 negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dan 44 negara mitra.
 
Sampel PISA dipilih acak oleh OECD agar mewakili populasi siswa usia 15 tahun di tiap negara. Di Indonesia, sampel berasal dari seluruh wilayah, termasuk daerah-daerah tertinggal.
 
Baca juga: 100 Hari Pertama, Mendikdasmen Mesti Buat Strategi Perbaiki Skor PISA

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan